Sunday, May 27, 2007

Akhirnya ia menerima dirinya sebagai istri kedua…

 “ Ummi, aku dapat hadiah indah dari Allah saat aku mencium Hajar Aswad. Saat itulah hatiku ikhlas ditakdirkan-Nya menjadi istri kedua.” Suara diujung handphone-ku bergetar menahan luapan haru dan resahnya.

 

Hari ini  sahabatku di Bandung menghubungiku setibanya ditanah air, setelah 14 hari penuh menjalani ibadah umrah. Aku belum bisa menemuinya karena tugasku diluar kota tidak memungkinkan untuk menyambut kepulangannya. Dengan beragam tanya dihati, kudengarkan seksama setiap cerita yang mengalir darinya.

“Ummi, sepertinya aku harus konsultasi dengan abi, boleh kaan?” sahabatku meminta persetujuanku. Ku berikan nomor contact suamiku. Sepertinya, abi memang harus dilibatkan dalam hal ini, supaya ada persepsi ikhwan dan syar’i.

 

“ Seperti yang ummi tahu, dulu aku begitu memandang sebelah mata pada poligami bahkan aku sering berdo’a untuk ditakdirkan menjadi istri pertama saja jika tidak bisa menjadi istri satu-satunya. Tapi Masya Allah, pertemuan dengan Bapak kharismatik itu mengubah semua cara pandangku terhadap istri kedua. Selama berumrah bersama beliau, seakan-akan kesantunan beliau mengantarku pada nilai mulia sebuah pernikahan, baik itu sebuah poligami ataupun bukan. Sekarang saya bahkan sudah siap menjadi istri kedua beliau.”

 

Aku sungguh terkesima mendengar penuturannya. Sahabatku  yang dulu begitu mengagungkan diri untuk menjauhi lelaki bersuami, yang begitu perfeksionis menilai sosok suami ideal, yang begitu antipati pada status istri kedua, akhirnya….

Subhanallah, mudah sekali bagi Allah membolak-balik hati manusia.

 

Di usianya ke-28 ia telah meraih semua yang diimpikan--karir yang menjulang, fisik yang cantik, prestasi yang meroket dan segala yang mengundang decak pesona wanita--kecuali sebuah pernikahan dan segala warna didalamnya.

 

“ Alhamdulillah kalau teteh sudah menemukan seseorang yang memang Allah pilihkan menjadi imam bagi kehidupan rumah tangga teteh. Mudah-mudahan dimudahkan jalannya” aku memberi support.

 

“ Itu dia ummi, kenapa aku perlu bicara pada abi. Masalahnya belum ada pembicaraan apapun antara aku dengan bapak itu tentang hal-hal yang menjurus pada pernikahan.”

 

“Jadi, selama di tanah suci apa saja yang sudah kalian bicarakan?” aku jadi sedikit bingung waktu itu.

 

“Ya seputar ibadah saja, beliau pembimbing kelompok kami. Tapi setiap aku berdo’a, istikharah, semakin kuat kecenderungan dan keyakinanku untuk menjadi istri beliau, meskipun harus jadi yang kedua.” Suara sahabatku terdengar terbata-bata, sesekali terdengar isak tangis tertahan.

“Lalu abi bisa bantu bagian mana nih teh?” tanyaku lagi, penasaran.

“ Aku tahu ini sedikit janggal, tapi aku harus ikhtiar. Aku mau minta saran abi. Bagaimana cara yang ahsan untuk melamar bapak itu?”

 

Kalimat terakhir sahabatku sungguh diluar dugaanku….sepertinya ini menjadi refleksi bagiku sebagai istri pertama---Insya Allah satu-satunya…

Wallahu a’lam bishawab, tapi aku jadi penasaran juga ingin dengar jawaban abi nih…

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

8 comments:

  1. poligami itu, kalau direzekikan, jangan ditolak, tapi jangan pula di minta minta...Ana sendiri sering di beri calon bakal madu, tapi mungkin belum rezekiku berkongsi suami dgn sesiapa....

    ReplyDelete
  2. Jadi benar yaaa muslimah hanya boleh menanti jodoh itu tiba? Karena ia bukanlah seorang khadijah yang layak meminta seorang Muhammad?

    ReplyDelete
  3. subhanallah, ga banyak wanita yang siap dipoligami..suatu kali aq mendapat sms dari teman lamaku.. rupanya dia ga tahan lagi dipoligami, padahal aq dah kagum sama die pada awalnya..so, berpikirlah matang, dan mohonlah petunjukNya sampai qt menyatakan benar2 siap dipoligami

    ReplyDelete
  4. kalau memang sekiranya dan bisa menerima jadi yang ke dua seutuhnya di persilahkan tapi jangan setengah-setengah karena kalau setengh2 bukannya berkah yang di dapat malah sebaliknya. Semoga keputusan itu atas izin dan Ridha-Nya Amiiin

    ReplyDelete
  5. Akutidak pernah bermimpi menjadi istri kedua.tp jodoh itu datang sendiri tanpa disengaja,dan aku tidak bisa menolaknya.awalnya sebelum menjalani pernikahan siri,aku merasa sangat yakin bahwa aku akan sanggup.namun ketika dijalani,ternyata sangat sulit dan hati tersiksa..menjadi haramkah pernikahan kami ini?krn sampai hari inipun hati ini sulit unyuk ikhlas

    ReplyDelete
  6. sy sendiri jg menyarankan demikian mba

    ReplyDelete
  7. subhanallah mba sdh berapa lama mjd madu? pasti tdk mudah ya mba, tapi mungkin byk berkah dgn ujian kesabarannya, ingin dgr pengalamannya mba

    ReplyDelete