Wednesday, March 28, 2012

Nasib si Buku dan Seorang Ibu

Being mom is multi endless task and a lifetime contract,  isn’t it? Setelah menjadi ibu tiba-tiba waktu 24 jam sehari menjadi sangat kurang untuk menyelesaikan semua pekerjaan, apalagi jika sang ibu juga punya kerja sambilan di luar rumah.

Dulu saat aku masih muda (sekarang berasa tua,cieee… :) ‘me time’ paling membahagiakan adalah membaca buku atau novel sambil tengkurap di atas peraduan atau menulis cerpen. Dan seiring bergulirnya waktu, bertambah usia dan amanah maka semakin langkalah ‘me time’ yang bisa kunikmati dengan membaca novel atau menulis cerpen lagi. 

Bukan karena tidak ada waktu luang lagi, tapi karena keluangan itu beralih menjadi ‘leisure time’ bersama F4 ku. Ada tanggal merah abinya pasti ngajak jalan keluar, lihat umminya nganggur dirumah Fathan dan Fathiyya pasti minta ditemani main badminton, main sepeda, atau manjat pohon kersen depan
 rumah. Belum lagi aksi Falisya yang belum mau lepas lendotan kalau umminya dirumah. Kalaupun bisa curi-curi waktu baru buka satu halaman buku, maka Falisya sudah siap dengan buku bacaannya, menodong minta dibacakan. Maka semakin mahal dan langka lah waktu untuk sekedar membaca buku sambil tengkurap disudut peraduan, apatah lagi untuk menulis cerpen (ini mah lewaaaat … terakhir menulis cerpen di Koran PR 5thn lalu hiks…:’(

 Bahkan sejak kehamilan ketiga sampai baby Falisya sekarang usia 2,5th menulis untuk blog  ku pun sudah jarang, kalaupun ada yang naik tayang itu tentunya hasil perjuangan semedi bermalam-malam. Karena itu aku salut untuk para ibu yang eksis menulis dengan kesibukan mengasuh dan mendidik banyak anak. 

Meski aku harus berkejaran dengan waktu mengajar, mencuci, memasak dan mengasuh anak-anak, ternyata semangat membaca itu tetap menyala- nyala . Demi mengobarkan yang sedang menyala-nyala itu maka setiap  akhir bulan ku jadwalkan untuk hunting buku meskipun entah kapan buku-buku itu bisa disantap dan dinikmati. Walhasil belanjaan buku di tahun 2012 sudah mengantri menunggu dibaca si empunya. Bahkan ketika sedang rapi-rapi kamar ternyata masih ada buku yang rapi dengan plastik wrapping lengkap dengan struk nya hiks…

Duhai hati sabaaar…sabaaar menanti waktu emas itu datang lagi ...

 PS: Demi Masa. Sesungguhnya Manusia dalam kerugian. Kecuali Orang-orang yang beramal shaleh dan saling nasehat menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. (QS : Al-Ashr 1-3)
So,Girls spend your leisure time by reading high quality BOOKS rather than FACEBOOK ;P

Sunday, March 25, 2012

House for sale

Rating:★★★★
Category:Other
Rumah di kawasan Bandung utara, ciwaruga,sebelah komp.ROYAL VIEW (dekat dari UPI,POLBAN,Rumah stroberi) cocok untuk tempat tinggal, kos-kosan ataupun villa (great view from second floor )

LT.250m
3 kmr tidur
1 ruang tamu
1 ruang keluarga luas
2 lantai full keramik
1 kamar mandi

Sunday, March 11, 2012

Ini Galauku

Galau? Beberapa waktu ini kata itu sering sekali kutemui di status teman-teman FB, terutama status siswaku yang notabene teenagers. Dan aku baru tau rasanya galau itu, tak enak makan dan tak nyenyak tidur, bukan begitu? Dan tulisan ini bukan untuk berbagi galauku, ini sekedar sharing berharap galau ini terurai dengan berbagi cerita.

Tak terasa beberapa bulan lagi anak lelaki semata wayangku akan menghadapi Ujian Nasional tingkat SD. Rasanya baru kemarin kami daftarkan masuk SD, ternyata sekarang sudah hampir lulus lagi. Tahun ini begitu banyak perkembangan kemampuannya baik secara akademik, mental maupun spiritualnya. 

Fathan bukan lagi lelaki kecil imut-imut yang dulu sering kucium-cium. Sekarang anak lelakiku sudah akan genap 12 tahun pada September nanti, Fathan sudah akil baligh,  begitu menurut pengakuannya. O..oww umminya macam kena tilang kalau sembarangan peluk-peluk dan cium-cium dia seperti dulu, apalagi kalau aku pakai baju lengan pendek dan celana legging saja dirumah…
waaah macam ngebut menerobos lampu merah rasanya, FEEL GUILTY!

Bulan Juli nanti Fathan Insya Allah masuk SMP. Bukan system UN yang bikin aku galau, tapi justru system yang ada pada SMP Negeri saat ini. Sedikit banyak aku bergelut dalam system ini, mengingat aku mendapat amanah Negara untuk mengajar di SMP Negeri di Bandung. Banyak hal yang membuatku galau, mulai dari muatan pendidikan yang belum islami, pergaulan yang sangat rentan narkoba, free sex dan sejenisnya hingga beberapa aturan baku yang jauh dari nilai islami. 

Salah satunya adalah aturan berseragam celana pendek (3cm diatas lutut) bagi siswa putera. Maka 
jika anak lelakiku bersekolah di SMP negeri tentunya ia harus mengikuti aturan baku ini. Artinya ia harus rela membuka auratnya di usai akil baligh, dan dengan begitu orangtuanya pun harus siap menanggung dosa sepanjang itu berlaku.. Innalillahi…

Tak bisa kubayangkan puteraku yang sudah terbiasa bercelana panjang di SD harus kembali bercelana pendek di SMP. Maka kami harus coret SMP Negeri dari daftar pilihan tanpa mengurangi rasa hormat pada SMP Negeri baik yang RSBI, SSN ataupun bukan. Bukan hanya alasan seragam yang sifatnya teknis (tapi prinsipil buat kami) pertimbangan lainnya adalah bahwa jika sekolah di SMP Negeri maka kupastikan hafalan Qur’an dan hadits serta pembiasaan sholat dhuha nya akan lepas begitu saja mengingat tidak ada muatan hafidz Qur’an di SMP Negeri dan lemahnya kami sebagai orangtua dalam menjaga pembiasaan tersebut.

Maka saat anak lelakiku di awal kelas 6 dulu berniat ingin masuk Gontor, bahagianya rasa hati kami sebagai orangtua. Namun Bahagia itu jadi galau manakala tiba-tiba diawal semester dua ini ia bilang kalau NEM nya bagus mau masuk SMPN 2 atau SMPN 5 . Kami pikir SMP Negeri adalah pilihan 
yang bagus manakala orangtua mampu menjaga hafalan Qur’an serta akhlakul karimah putra-putrinya. Namun karena aku hafal benar bagaimana ‘fragile’ nya system pendidikan (bukan pengajaran looh) di sekolah negeri maka kami harus bisa mengalihkan mimpi putra kami. Maka mulailah di bulan Februari lalu kami berwisata ke Islamic boarding school yang ada di kuningan, Garut dan Bandung. Alhamdulillah wisata pesantren tersebut membuahkan hasil, kaka Fathan dengan mantap berujar “INSYA ALLAH aku mau pesantren”. Subhanallah, galauku berakhir sudah…

Namun bagaimana nasib putra bangsa yang lain???