Wednesday, March 5, 2008

Perempuan dan Perawan?

Haruskah seorang perempuan menyandang identitas dirinya sebagai perawan atau bukan perawan?

Selasa, 4 Maret  2008

Today is my day off. Selasa asyik kalau kata putriku. Asyik karena biasanya pada setiap selasa, seharian penuh aku bersama putra-putriku. Dari mulai memandikan mereka, antar-jemput sekolah dan les, hingga hangout di tempat favorit mereka. Tapi hari ini karena Fathiyya masih sakit, jadilah selasa asyiknya dirumah saja. Tapi ternyata yang sakitnya malah minta ini-itu, dari mulai jeruk shantang sampe lele hidup (maksudnya setelah puas ditonton, bisa digoreng). Maka berangkatlah aku ke pasar tradisional, setelah sebulan ini mengandalkan tukang sayur yg didorong.

Semua belanjaan termasuk pesanan Fathiyya sudah dengan cepat masuk keranjang belanjaanku, waktu sudut mataku menangkap pepes ikan mas kesukaan putraku. Mampirlah dan transaksi pun terjadi. Dan disinilah kata-kata itu kudengar untuk kesekian kalinya selama aku disini. Usai aku bayar sang pepes ikan, uang kertas sepuluh ribuannya dikibas-kibas ke dagangannya sambil bergumam “laris manis, perawan sing tuku (perawan yang beli)” .

Gubrag!! Duuh kok ya aku jadi illfeel gitu dengernya...apa penting menyebutkan kata perawan itu! Bukan saja karena aku merasa keibuan ku tidak diakui, tapi aku jadi ingat kajian perkuliahan dulu. Seorang dosenku sempat mengkaji bahwa di Indonesia menggunakan istilah gadis dan perawan untuk mengidentifikasi/menyebut seorang perempuan yang belum menikah dan masih virgin. Dan masyarakat menjadi mudah sekali men-judge wanita dari sisi itu. Sementara Allah tak pernah sekalipun membedakan wanita dari statusnya.

Aku jadi resah karena ini bukan yang pertama kali ke-ibu-anku tak diakui. Waktu ngantri di Bank pernah seorang lelaki menyapa, “silahkan mba duluan, sama gadis saya harus mengalah.”  Duuh kalo saja aku bawa buku nikahku pasti aku sodorkan untuk disimak dengan baik-baik.

Terus waktu aku diskusi tentang poligami dengan para orang tua murid disekolah anakku, ada seorang ibu tanpa ragu menunjukku sambil berkata ” monggo mba nurul kasih pendapat, anak perawan nih biasanya lebih banyak baca buku.”

Duuuh ya mau protes gimana lagi coba? Bukan protes poligaminya, tapi ‘anak perawan’ nya itu lo!! Bisa kan kalo ganti jadi ‘anak perempuan’ gitu...atau ya ‘perempuan’ saja...kayaknya lebih teduuuh!!

 

16 comments:

  1. hmm...........sebuah fenomena yang saya sendiri gak tau kenapa bisa terjadi Mbak....

    ReplyDelete
  2. hidup perempuan...., katanya juga sih, kata perempuan itu juga lebih terhormat ketika di telusuri dari sisi akar katanya.. kara kata perempuan itu berasal dari kata `empu` yg dapet awalan per dan akhiran an... empu dalam komunitas budha ato hindu (ana ga tahu pastinya) diartikan sebagai 'orang-orang yang memiliki pengaruh ato aura tertentu...' so,apa selanjutnya..... (Le Nurul ga usah terlalu ribet kali...., apalagi penyebutan "perawan ato gadis" itu dipakai dalam konteks yang positif...ocke).

    ReplyDelete

  3. bener! perempuan artinya yang dihormati!
    ibuku juga hanya seorang perempuan!
    lalu adik2ku, kakaku, dan anak2ku juga ada perempuan.

    soal perawan!
    ini hanya memperlihatkan kesucian!
    kebersihan... lain tidak,
    saya..... kira

    ReplyDelete
  4. berarti mbak nurul awet muda, disangka gadis terus... hehehe

    kalo saya sih jarang ngedenger kata-kata 'perawan' itu, paling2 dulu tante2 suka neriakin :"woi, bangun... perawan kok tidur sampe siang" :-p

    tapi saya paling gerah kalo dateng ke akad nikah, trus penghulunya nanya ke penganten perempuan: "masih perawan?"
    iiiiiiiiiiih...........

    ReplyDelete
  5. sepakat...makanya masyarakat harus aware untuk respectfull pada perempuan...
    Hidup perempuan!!!

    ReplyDelete
  6. Setujuuu!!
    Tapi tanpa kata perawan...perempuan juga berkonotasi bersih dan suci kaaan Mang...

    ReplyDelete
  7. Setujuuu!!
    Tapi tanpa kata perawan...perempuan juga berkonotasi bersih dan suci kaaan Mang...

    ReplyDelete
  8. Duuh ya ngga sopan tuuh penghulu!!!

    ReplyDelete

  9. se7!
    perempuan berarti yang di hormati!
    karenaaaaa apaaaa?
    iyyya toch?

    ReplyDelete
  10. hihihi..gpp lah Da dibilang perawan juga..anggep aja pujian daripada bersusah hati kayak begitu..berarti kan ida tampak awet muda..ya toh..ya toh..

    ReplyDelete
  11. sekali dua kali kaga nape c wi...tapi kalo keterusan something wrong dong...anakku jg sdh protes.."ummi pake lipstik dong biar kayak ibu-ibu!", terus temenku bilang.."Loe gendutan dikit dong biar punya image!" ...maksudnya?????
    Lama-lama jadi mikir...sutrisno daaaah!!!

    ReplyDelete
  12. boleh numpang nulis dikit yah...

    mabak nurul yah....
    bukannya di katakan masih seperti perawan itu bagus.. orang beropini seperti itu karena sepintas dia hanya meliat dari fisik mbaknya saja... dan mereka mendapatkan kondisi yg mengarah bahwa mbak masih pantas di katakan perawan...

    coba sekali2 pada saat ada orang bilang mbak seperti perawan mbak katakan bahwa mbak sudah menikah dan punya anak... trus mbak tanyakan alasan mereka mengapa mengatakan mbak perawan..?

    terima kasih..

    ReplyDelete
  13. justru pada beberapa kesempatan itu terjadi pas saya bawa anak tuh...jadi illfeel aja deh! Thanx ya kaka 4 concerning...

    ReplyDelete
  14. hmmm...jadi terulang lagi neh ceritanya mpe berapakali??
    klo dah ampe 100x bilang Hana yah...nti Hana kasih BAKPIA PATOK

    ReplyDelete
  15. iyya say..tanggung jawab neh...dikau kan saksinya...mbok ya bertindak...opo gitu...bakpia patok mah buat aku aja deh ^_^

    ReplyDelete