Friday, April 2, 2010

Mengintip Rumah Kecil Tiang Seribu (Quiz: MY favorite author)

Rumah kecil tiang seribu, rumah yang cantik yang hanya sekali klik didalamnya termuat ilmu seluas samudera. Senangnya berkunjung ke rumah kecil tiang seribu, mau tau siapa tuan rumahnya? klik saja:

http://noorsuraya.blogdrive.com/

  Aha!!

Namanya NOOR SURAYA. Nama yang sederhana, yang bermakna serupa dengan nama awalku. Bahkan aku mengenalnya pun dari seorang sahabat MP bernama Noor juga, Kak nOOr Hakimi. Berawal dari pertemanan di udara via MP,  akhirnya bisa kopi darat juga saat Kak Noor dengan gank Ulat Buku nya berkunjung ke Indonesia. Waktu itu senangnya luar biasa bisa menjamu gank Ulat Buku di Rumah Stroberi, bahakn mereka semapt singgah dirumahku dan ternyata saat itu bukan saja para maniak buku yang bergabung didalamnya, seorang novelist tersohor di Malaysia pun ikut serta didalamnya.

Pertama kali dikenalkan pada kak NOOR SURAYA, tak ada yang istimewa karena saat itu aku belum mengenal satupun karyanya. Penampilannya yang sederhana namun bersahaja jauh dari kesan sebagai seseorang yang tersohor. Namun memang selalunya begitu bukan? Bagai ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk.

Kaksu, demikian nama sapaan Noor Suraya. Sebelum pertemuan pertama dirumah stroberi, sebenarnya aku sudah mendapatkan dua novel KakSu  dari kak Noor ( Noor Hakimi )  yang diantar langsung oleh TKW asal Subang yang bekerja di kantor kak Noor. Waktu itu aku langsung jatuh cinta pada TANAH ANDRIYANA dan KERANAMU AIN.

 Meski berbahasa Malaysia, tapi setiap baitnya begitu mudah dicerna. Rasanya seperti memamah kue kesukaanku, meski rasanya baru ku kenal tapi aku bisa menikmatinya bahkan tidak bisa berhenti sebelum menyelesaikannya. Sejak membaca dua novel pertama KakSu itu, aku memang langsung jatuh hati. Maka tak terkira bahagianya hati ini saat kunjungan pertama dari Malaysia itu bukan saja menghujaniku dengan hadiah novel-novel kaksu, tetapi sekaligus menghadirkan penulisnya. Oalah serasa mimpi disiang bolong!!

Sejak itu jadilah aku fans mania novel-novelnya. Sederet judul-judul novelnya menyiratkan jiwa seni yang tinggi. Alahay siapa sangka dibalik jilbab lebarnya yang sederhana, dibalik wajahnya yang tak bersolek tersimpan jiwa yang kaya akan ilmu dan cita rasa seni yang tinggi. Seluruh novel kaksu ini selalu dibumbui pantun, puisi dan gurindam yang bertalu...indah dan syahdu.

Renang-renang air di dahan,

Jahit setangan pinggir dikelim,

Sakit pening boleh ditahan,

Rindu dendam kemana dikirim?

 

Pisau seraut dua tiga,

Letak peti dalam perahu,

Dalam Laut boleh diduga,

Dalam hati siapa yang tahu?

 

Rumput menangis didalam padi,

Orang berlayar didalam perahu,

Hamba menangis didalam hati,

Hanya Allah sahaja yang tahu.

 

Bahkan tidak sekedar gurindam saja, setiap novel kaksu ini selalu sarat akan ilmu memantulkan kearifan penulisnya. Rasanya tak bisa digambarkan dengan kata-kata setiap ruh yang kudapat dari novel-novelnya. Karenanya dengan ssenang hati kutulis epilog dari sebuah novelnya:

 Nyanyian Tanjung Sepi

 

Khalifah Umar Al-Khatab pernah menasihati seorang suami yang ingin bercerai kerana sudah tidak mencintai isterinya lagi:  Apakah semua rumah tangga dibangunkan atas dasar cinta? Lalu di manakah perlindungan dan kesetiaanmu?

Aku melihat kedua-dua lelaki yang telah dan sedang hadir di dalam hidupku. Aku tidak menyesal biar sekelumit pun kerana pernah menjadi isteri Aqmar. Kasihku kepadanya semakin kukuh dengan cerita dari Kak AS semalam. Dan sayangku kepadanya semakin kukuh  dengan cerita-cerita Dara Aida sebentar tadi. Alku mencintainya kerana Allah. Aku kagum melihat bagaimana dia dapat mengubah Dara Aida menjadi muslimah sejati. Aku kagum dengan dia yang membentuk ‘nur’ Islam  di rumahnya ini.

Aku menatap Zainiur juga. Aku juga jadi kagum dengan cintanya. Ingin aku bisikan kepada Zainur  pada saat ini: Kekasih, akulah rusuk kirimu yang hilang itu!

Cinta sesama manusia tidak memadai untuk melayarkan bahtera hidup ini. Asasnya, tetap cinta kepada Allah. Cinta kepada Allah harus melebihi cinta sesama insan. Cinta yang tidak berbanding, cinta yang tiada tandingannya.

Ya, aku jadi terfikir...kehilangan aku adalah suatu nikmat untuk Aqmar. Dia dapat beribadat dengan lebih khusyuk. Dan untuk Zainur? Aku juga inginkan dia cintakan Allah...lebih besar daripada cintanya untukku. Dan aku yakin ituyang sedang terjadi di dalam hidup kami. Kehadiran aku adalah nikmat untuknya juga. Kehadirannya adalah nikmat untukku juga. Cinta untuk Allah tidak berbanding dengan manusia. Tuhan, terima kasih untuk ziarah ini.

Oh Tuhan..rahasia hidup ini bukannya mudah untuk hambaMu tafsirkan. Kepunyaan Engkau atas apa yang ada dilangit dan dibumi. Atas semua peristiwa hari ini, aku sedar kepada satu perkara: Cinta kepadaMu, rindu kepadaMu adalah segala-galanya didalam hidup ini.

Dalem banget  ya message storynya...jadi sangat beralasan kan kalau aku jatuh cinta pada karya-karya beliau, baca novelnya  serasa mengaji sekaligus menonton great movie ....

 

4 comments:

  1. oooh, kak su itu penulis. hehe, pernah liat id-nya di komen ummi.
    iya, mi, kalimatnya baguus. jadi inget sis zabrina, penulis yang asalnya dari malaysia juga..

    makasih udah ikutan ya, miiii...

    ReplyDelete
  2. subhanallah, wah bukunya gak ada di indonesia yah?

    ReplyDelete
  3. iyya ogit....nanti kalau kaksu ke indonesia ayyooo kita minta jadi pembicara...guruin kita2 okey???

    ReplyDelete
  4. ga ada ummi..sayang banget ya...tapi penerbitnya ada di facebook id nya : jemari seni

    ReplyDelete