Showing posts with label lifeanddeath. Show all posts
Showing posts with label lifeanddeath. Show all posts

Sunday, October 9, 2011

Kisah inspirasi untuk para istri dan suami

Rating:★★★
Category:Other

Semoga peristiwa di bawah ini membuat kita belajar bersyukur untuk apa yang kita miliki :
Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.

Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.

Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.

Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.

Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.

“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.

Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”

“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.

Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.

Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.

Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.

Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.

Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjaku kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.

Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.

Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.

Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

Istriku Liliana tersayang,

Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.

Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.

Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.

Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!

Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.

Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.

Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”

Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”

Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”

Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”

Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

Sunday, February 27, 2011

Belajar mencinta dari Habibie & Ainun

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Biographies & Memoirs
Author:BJ.Habibie
Belajar mencinta dari Habibie & Ainun
Ini bukan sinopsis buku Habibie & Ainun, bukan. Aku hanya ingin berbagi cinta yang kurasa pasca membaca habis buku Habibie & Ainun.

Sejak pertama kali mendengar akan terbitnya buku ini, aku sudah request pada marketing Gramedia Merdeka untuk confirm segera jika bukunya sudah terbit, Alhamdulillah tanpa harus membeli aku sudah bisa membacanya alias PPT (Pinjam Punya Teman, hatur tengkyu bu Titi ) :D

Aku merasa perlu membacanya bukan karena aku mengenal sosok ibu Ainun secara personal ketika masih menjadi guru private cucu beliau, tetapi lebih karena aku mengagumi sosok keibuannya yang luar biasa. Dari beliau aku belajar menjadi ibu sepenuhnya (full time mother).

Disela kesibukannya sebagai seorang istri engineer, istri menristek hingga menjadi ibu negara, beliau tetap mengutamakan keluarganya, tetap menyiapkan sarapan pagi suami, keperluan sekolah anak-anak (ketika Pak Ilham & Pak Thareq kecil), bahkan tetap menjahitkan pakaian anak-anak dan suami.

Pernah ketika aku dirumah putra beliau saat menjadi guru homeschooling Tiffany, beliau menelpon dari Muenchen, Jerman. Beliau khusus menelpon untuk menanyakan perkembangan Tiffany cucu beliau yang waktu itu masih berusia 2 tahun. Perhatian dan kasih sayang beliau pada anak-anak serta cucunya luar biasa hangat kurasa.

Dimataku peran istri, ibu, dan akhirnya sebagai nenek lebih lekat dalam diri beliau dibandingkan beliau sebagai istri pejabat tertinggi atau sebagai ibu negara. Terasa benar beliau begitu menikmati peran sebagai seorang ibu, ibu bagi anak-anaknya, ibu bagi cucu-cucunya, ibu bagi setiap ibu, dan ibu bagi rakyatnya.

Sebagai seorang dokter ibu Ainun tidak berkarir menjadi dokter saat anak-anak beliau masih kecil meski saat itu penghasilan suami pas-pasan. Bahkan beliau begitu menikmati peran menjadi supir pribadi mengantar jemput anak dan suami ketika di Jerman.

Yang membuatku terkagum-kagum lagi, bapak Habibie menceritakan dalam bukunya bahwa beliau terbiasa bekerja hingga larut malam, sibuk dikamar dengan pekerjaannya dan ibu Ainun senantiasa menemani dengan melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an yang menentramkan hati beliau. Sehingga ibu Ainun terbiasa mengkhatamkan Al-qur’an dalam beberapa hari saja, subhanallah.

Maka ketika bu Ainun divonis kanker servixnya sudah stadium akhir tak heran pak Habibie bertekad menemani beliau tanpa sedetikpun meninggalkannya (kecuali ke kamar mandi). Dan bisa dipahami jika kepergian ibu Ainun memberi duka dalam bagi pak Habibie. Tak berlebihan jika pak Habibie menuliskan bahwa ia dan ibu Ainun manunggal, manunggal jiwa, roh, bathin, dan nurani sepanjang masa sampai akhirat. Membaca buku beliau sungguh cinta itu kurasa kokoh hadir ada,meski ibu Ainun telah tiada.

Habibie & Ainun bukan saja mengajarku tentang cinta sejati tapi juga membantuku menemukan jawab atas gundahku saat mendapat tawaran bea siswa penelitian ke Jepang bulan Maret ini. Penelitian yang memakan waktu tidak sedikit ini cukup menggiurkan namun tak sebanding jika aku harus meninggalkan baby Falisya yang masih ASI. Kesempatan mendapat beasiswa Insya Allah akan datang silih berganti namun mendapat kesempatan menjadi ibu dan mampu menyusuinya tak selalu bisa datang setiap waktu. Terima kasih Pak Habibie atas bukunya, terima kasih ibu Ainun atas cintanya.

Duhai Allah kekasihku yang Maha Rahmaan nan Rahiim, karuniakanlah aku kesabaran untuk dapat mencintai dengan Rahmaan dan Rahiim-Mu ya Kekasih...karuniakanlah aku hidayah dan inayah-Mu dalam memutuskan pilihan-pilihan dalam hidup ini...

Sunday, December 20, 2009

Love is incredibly powerful

Kisah nyata ini terjadi di sebuah Rumah Sakit di Tennessee, USA.



Seorang ibu muda, Karen namanya sedang mengandung bayinya yang ke dua. Sebagaimana layaknya para ibu, Karen membantu Michael, anaknya pertama yang baru berusia 3 tahun bagi kehadiran adik bayinya. Michael senang sekali akan punya adik. Kerap kali ia menempelkan telinganya diperut ibunya. Dan karena Michael suka bernyanyi, ia pun sering menyanyi bagi adiknya yang masih diperut ibunya. Michael amat sayang sama adiknya yang belum lahir itu.



Tiba saatnya bagi Karen untuk melahirkan. Tapi sungguh diluar dugaan, terjadi komplikasi serius. Baru setelah perjuangan berjam-jam adik Michael dilahirkan. Seorang bayi putri yang cantik, sayang kondisinya begitu buruk sehingga dokter yang merawat dengan sedih berterus terang kepada Karen; bersiaplah jika sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi.



Karen dan suaminya berusaha menerima keadaan dengan sabar dan hanya bisa pasrah. Mereka bahkan sudah menyiapkan acara penguburan buat putrinya bila sewaktu-waktu harus merelakan kepergiannya. Lain halnya dengan kakaknya Michael, sejak adiknya dirawat di ICU ia merengek terus!



"Mami, ... aku mau nyanyi buat adik kecil! "

Ibunya kurang tanggap.



"Mami, ... aku pengen nyanyi!"

Karen terlalu larut dalam kesedihan dan kekuatirannya.



"Mami, ... aku kepengen nyanyi!"

Ini berulang kali diminta



Michael bahkan sambil meraung menangis. Karen tetap menganggap rengekan Michael adalah rengekan anak kecil. Lagi pula ICU adalah daerah terlarang bagi anak-anak.



Baru ketika harapan menipis, sang ibu mau mendengarkan Michael. Baik, setidaknya biar Michael melihat adiknya untuk yang terakhir kalinya!



Ia dicegat oleh suster di depan pintu kamar ICU. Anak kecil dilarang masuk!. Karen ragu-ragu. Tapi, suster tak mau tahu; ini peraturan! Anak kecil dilarang dibawa masuk!



Karen menatap tajam suster itu, lalu berkata :" Suster, sebelum menyanyi buat adiknya, Michael tidak akan kubawa pergi! Mungkin ini yang terakhir kalinya bagi Michael melihat adiknya!"



Suster terdiam menatap Michael dan berkata, "tapi tidak boleh lebih dari lima menit!"



Demikianlah kemudian Michael dibungkus dengan pakaian khusus lalu dibawa masuk ke ruang ICU. Ia didekatkan pada adiknya yang sedang tergolek dalam sakratul maut.



Michael menatap lekat adiknya ... lalu dari mulutnya yang mungil keluarlah suara nyanyian yang nyaring



"... You are my sunshine, my only sunshine, you make me happy when skies are grey ..."

Ajaib! si Adik langsung memberi respon. Seolah ia sadar akan sapaan sayang dari kakaknya.



"You never know, dear, How much I love you. Please don't take my sunshine away."

Denyut nadinya menjadi lebih teratur.



Karen dengan haru melihat dan menatapnya dengan tajam dan terus, "... terus Michael! teruskan sayang!" bisik ibunya ...



"The other night, dear, as I laid sleeping, I dream, I held you in my hands ..."

dan sang adikpun meregang, seolah menghela napas panjang. Pernapasannya lalu menjadi teratur.



"... I'll always love you and make you happy, if you will only stay the same ..."

Sang adik kelihatan begitu tenang ... sangat tenang.



"Lagi sayang!" bujuk ibunya sambil mencucurkan air matanya. Michael terus bernyanyi dan ... adiknya kelihatan semakin tenang, relax dan damai ... lalu tertidur lelap.



Suster yang tadinya melarang untuk masuk, kini ikut terisak-isak menyaksikan apa yang telah terjadi atas diri adik Michael dan kejadian yang baru saja ia saksikan sendiri.



Hari berikutnya, si adik bayi sudah diperbolehkan pulang. Para tenaga medis tak habis pikir atas kejadian yang menimpa pasien yang satu ini. Mereka hanya bisa menyebutnya sebagai sebuah therapy ajaib

Thursday, October 8, 2009

waktu terjadinya gempa, peringatan Allah...

Bagi para muslim,coba direnungkan jam kejadian gempa di indonesia bertepatan pd ayat Alqur'an... :

Gempa tasik pkl 15.04.

Padang 17.16, susulan 17.58.

Dan jambi esok hari nya jam 08.52.. (surat 8 ayat 52) Wallahu'alam bishawab

 

15 : 04 - Surah Al-Hijr, ayat 4

" Dan kami tidak binasakan suatu negeri, melainkan sudah ada ketentuan yang ditetapkan baginya"

 

17 : 16 - Surah Al-Isra', ayat 16

"Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu (agar mentaati Allah) , tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan di dalam (negeri) itu, maka sepantasnya berlakulah terhadapnya perkataan (hukuman Kami), kemudian Kami binasakan sama sekali (negeri itu)"

 

17 : 58 - Surah Al-Isra' ayat 58

" dan tidak ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari Kiamat atau Kami siksa (penduduknya) dengan siksa yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Luth Mahfuzh)"

 

08 : 52 - Surah Al-Anfal, ayat 52

" (Keadaan mereka) serupa dengan keadaan pengikut Fir'an dan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Sungguh, Allah Maha Kuat lagi sangat keras siksa-Nya"

Friday, May 15, 2009

Saat ia takut mati, tapi mau surga...

Suatu sore dibumi pasir kemiri...

Fathiyya : "Ummi, kalau besar nanti dede kaya uyut ngga?"

Ummi : "Hmmm,...maksudnya jadi tua? Iya dong. Tapi sebelum setua uyut, Fathiyya sebesar teh neng kalo sudah kuliah, terus seperti ummi setelah nikah, terus seperti eyangibu kalo sudah punya cucu, baru deh setua uyut."

Fathiyya : " Oooo..masih lama ya?"

Ummi : "Apanya yang masih lama De?"

Fathiyya : "tua kaya uyutnya?"

Ummi : "Hmmm..iya kan sekarang dede 5 tahun, uyut 85 tahun"

Fathiyya : " Oooo..terus habis setua uyut jadi apa lagi?"

Ummi mikir sejenak...eeng...ing...eeeng..apa ya jawaban yg enak buat anak 5 tahun ini???

Ummi : "Hmm..ya sudah tua...kalo dikasih umur buat lihat buyutnya punya anak, misalnya dede punya anak, nah uyut jadi Bao"

Fathiyya :"Terus habis jadi Bao?"

Haddoooooh...please deh deee....*toink*

Ummi :"Yaa...ada yang bertahan dikasih hidup sama Allah, tapi banyak jg yang meninggal,"

Fathiyya :"Jadi uyut sudah dekat ke meninggal ya?"

Ummi molotot,reuwas!! Kok kesimpulannya kesono c dee............

 Ummi:"Huss...yang deket sama meninggal bukan yang paling tua de...siapa aja bisa duluan meninggal. Mungkinumi dulu, abi dulu, atau dede dulu. Aapa kata Allah aja...itu rahasia,hanya Allah yang tau sayaang..."

Fathiyya :"Dede ga mau meninggal ummi, takut dikubur aah...nanti kalau sudah meninggal diapain?"

Ummi:"Ga usah takut de...semua pasti meninggal, terus sama Allah dihisab."

Fathiyya:" hisab itu apa sih Mi?"

Ummi: " Hmm...hisab itu ditimbang semua amalan dede,kalo banyak kebaikannya, sholatnya rajin, ngajinya rajin, Insya Allah masuk surga. Tapi kalo banyak ga baiknya, ga mau sholat, males ngaji yaa masuk neraka deeh.."

Fathiyya :"Oooooo..."

Fathiyya manggut-manggut sok ngerti.., ummi bernafas lega...fuiiih....

Fathiyya: "Ummi..."

eiiits apalagi neeh...

Fathiyya:" Dede mau masuk surga aja aah mi....tapiii dede ga mau meninggal ya..."

*toink*toink*

Yeeey...dasar unyil!!!

 

PS: Thanks for my kids, you teach me  to get closer to my Rabb...

Abi rugi deeh ga denger langsung celoteh your angel, tapi tetep bisa 'menikmati' laporannya ya he...he...

Monday, March 9, 2009

Tanda kematian

Rating:
Category:Other
100 hari : Seluruh badan rasa bergetar

60 hari : Pusat rasa bergerak2

40 hari : Daun dengan nama orang yang akan mati di Arash akan jatuh dan malaikat maut pun datang kepada orang dengan nama tersebut lalu mendampinginya sehingga saat kematiannya. Kadang2 orang yang akan mati itu akan merasa atau nampak kehadiran malaikat maut tersebut dan akan sering kelihatan seperti sedang runsing.

7 hari : Mengidam makanan

5 hari : Anak tekak bergerak2

3 hari : Bahagian tengah dahi bergerak2

2 hari : Seluruh dahi rasa bergerak2

1 hari : Terasa bahagian ubun bergerak2 di antara waktu subuh dan asar

Saat Akhir : Terasa sejuk dari bahagian pusat hingga ke tulang solbi ( di bahagian badan )

Tanda2 Kematian :
---------------------------
1 ) Terhulur kakinya
2 ) Terbuka tapak tangannya
3 ) Condong hidungnya
4 ) Tegang kulit mukanya
5 ) Turun sedikit pelipis ( antara telinga dan mata )
6 ) Berhenti denyutan nadi dan pernafasan

Tanda2 Kematian Dalam Kebaikan :
---------------------------------------------------
1 ) Mengucap dua kalimah syahadat
2 ) Keluar peluh di dahi
3 ) Mati Syahid : * kerana penyakit taun
* kerana sakit dalam perut
* mati lemas
* mati di bawah runtuhan
* mati kerana berjuang di jalan Allah

4 ) Mati pada malam atau siang hari Jumaat
5 ) Mati kerana bersalin
6 ) Mati terbakar
7 ) Mati mempertahankan harta
8 ) Mati mempertahankan diri
9 ) Mati ketika bersiap untuk berperang
10 ) Mati ketika mengerjakan amal soleh
11 ) Mati setelah mengislamkan orang


Monday, December 1, 2008

Ketika Ruh Dicabut

Rating:★★★★★
Category:Other
Waktu kakekku meninggal, aku bertanya-tanya apa yang terjadi padanya saat ruh itu meninggalkan jasadnya, apa yg terjadi saat ia memasuki alam kubur, apa yang terjadi saat ia sendiri dibawah tanah..bla..bla...semua berkecamuk tanpa jawaban.

Dan beberapa waktu lalu seorang istri yang suaminya baru meninggal curhat padaku yang diakhiri dengan beribu tanya yang sama denganku dahulu kala. Meski tak akan pernah mampu menjawab tanyanya karena rasa dukanya, semoga artikel ini sedikitnya mengingatkan kita semua akan hari dimana Ruh ini pasti kembali pada pemilik-Nya T_T

Ketika Ruh Dicabut

Imam Ahmad dalam Musnad-nya, demikian juga Ibnu Hibban, Abu ‘Awanah Al-Isfirayaini dalam kitab Shahih keduanya, meriwayatkan dari Al-Manhal dari Zadan bin Al-Bara’ bin ‘Azib bahwa ia berkata, “Kami pernah pergi bersama Rasulullah untuk mengantar jenazah. Beliau duduk di atas kuburan dan kami duduk di sebelahnya. Kami diam dan tenang laksana di atas kepala kami terdapat seekor burung. Sambil menguburkan jenazah tersebut, Beliau berkata, “Aku berlindung diri kepada Allah dari siksa kubur.” Beliau mengucapkannya tiga kali.
Selanjutnya Beliau bersabda, “Sesungguhnya orang yang beriman jika akan pindah ke alam akhirat dan meninggalkan dunia, maka para malaikat itu turun kepadanya. Wajah mereka seperti matahari dan setiap dari mereka membawa wewangian dari surga dan kain kafan. Mereka duduk di dekat orang yang beriman sebatas pandangan kemudian malaikat pencabut nyawa duduk di dekat kepalanya dan berkata, “Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan dan keridhaan Allah.”

Rasulullah kemudian bersabda, “Ruh orang beriman pun keluar dari jasadnya seperti halnya air keluar dari mulut teko. Malaikat pencabut nyawa segera mengambilnya. Ketika ruh orang itu telah berada dalam genggamannya, para malaikat yang lain tidak membiarkan ruh orang beriman itu berada di tangan malaikat pencabut nyawa sekejap mata hingga kemudian mereka mengambilnya dan menaruhnya di atas kain kafan surga dan wewangian tersebut. Dari ruh orang beriman, keluarlah wewangian paling harum yang pernah ada di bumi.”
Kata Rasulullah selanjutnya, “Kemudian para malaikat naik membawa ruh orang beriman dan setiap kali mereka melewati para malaikat, maka mereka bertanya, “Ruh siapa yang harum ini?” Mereka menjawab, “Ini adalah si fulan bin fulan,” sembari menyebutkan nama terbaik yang pernah menjadi sebutannya ketika di dunia hingga kemudian mereka berhenti di langit kedua. Mereka minta dibukakan bagi ruh tersebut kemudian dibukakanlah untuknya. Ruh tersebut disambut seluruh makhluk di langit kedua dan mereka mendekatkan ruh tersebut ke langit berikutnya hingga mereka membawa ruh itu tiba di langit di mana Allah berada. Allah kemudian berfirman, “Tuliskan kitab hamba-Ku ini dalam ‘Illiyyin, lalu kembalikanlah ia ke bumi. Sebab, dari bumi itulah Kami menciptakan mereka, ke dalamnya Kami kembalikan mereka, dan darinya pula Kami keluarkan mereka sekali lagi.”

Selanjutnya Rasulullah bersabda, “Dan sesungguhnya orang kafir itu jika meninggal dunia menuju ke akhirat, maka para malaikat turun kepadanya dari langit dengan wajah yang hitam dan membawa kain kafan kasar, lalu duduk di dekatnya sebatas pandangan.

Malaikat pencabut nyawa datang kepadanya dan duduk di dekat kepalanya lantas berkata, “Wahai ruh yang kotor, keluarlah menuju kemurkaan dan kemarahan dari Allah!” Lalu ruhnya berpisah dari jasadnya dan malaikat mencabutnya seperti mencabut besi pembakar dari wol yang basah. Selanjutnya malaikat pencabut nyawa mengambilnya dan jika sudah ia ambil, maka para malaikat yang lain tidak membiarkan ruh tersebut di tangannya sekejap mata hingga kemudian mereka meletakkannya di dalam kain kasar tersebut. Dari padanya keluar bau paling busuk yang pernah ada di muka bumi.

Para malaikat membawanya naik dan setiap kali mereka melewati malaikat, mereka bertanya, “Ruh busuk siapa ini?” Para malaikat menjawab, “Ini adalah si fulan bin fulan,” sembari menyebutkan sejelek-jeleknya nama yang dialamatkan kepadanya ketika di dunia. Ruh itu terus dibawa naik hingga sampai ke langit dunia. Ia meminta agar pintu langit itu dibuka, namun tidak juga dibukakan untuknya.

Kemudian Beliau membacakan firman Allah swt., “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum.” (Al-A’raf: 40).
Allah swt. kemudian berkata, “Tuliskan kitabnya di Sijjin, di bumi yang terbawah!” Lalu ruh tersebut dilemparkan begitu saja. Selanjutnya Rasulullah membacakan firman Allah, “Barangsiapa menyekutukan sesuatu dengan Allah, maka ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” (Al-Hajj: 31) [Diriwayatkan oleh Ahmad (VI/287 dan 295) dan Abu Dawud (4753)]

author: Mochamad Bugi

Friday, November 28, 2008

Peluk mereka duhai Kekasih...

Rating:
Category:Other



"kematian (sakaratul maut) adalah kafarat bagi setiap muslim"
(HR Abu Nu'aim dari Anas bin Malik).
dalam penjelasan selanjutnya, berbahagialah orang yang mengalami
sakit ketika sakaratul maut, karena itu menjadi kafarat bagi
dirinya hingga ia akan kembali dalam keadaan bersih (tidak berdosa)
isyah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa senang untuk bertemu dengan Allah, niscaya Allah juga senang untuk bertemu dengannya. Dan barangsiapa tidak senang untuk bertemu dengan Allah, niscaya Allah juga tidak senang untuk bertemu dengannya. Kematian itu datang sebelum (seseorang) bertemu Allah.” (HR. Muslim, hadits shahih)

Cukuplah Kematian Sebagai Nasihat

Rating:★★★★★
Category:Other
“Perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu kematian!” (HR. Tirmidzi)

Berbahagialah hamba-hamba Allah yang senantiasa bercermin dari kematian. Tak ubahnya seperti guru yang baik, kematian memberikan banyak pelajaran, membingkai makna hidup, bahkan mengawasi alur kehidupan agar tak lari menyimpang.

Nilai-nilai pelajaran yang ingin diungkapkan guru kematian begitu banyak, menarik, bahkan menenteramkan. Di antaranya adalah apa yang mungkin sering kita rasakan dan lakukan.

Kematian mengingatkan bahwa waktu sangat berharga

Tak ada sesuatu pun buat seorang mukmin yang mampu mengingatkan betapa berharganya nilai waktu selain kematian. Tak seorang pun tahu berapa lama lagi jatah waktu pentasnya di dunia ini akan berakhir. Sebagaimana tak seorang pun tahu di mana kematian akan menjemputnya.

Ketika seorang manusia melalaikan nilai waktu pada hakekatnya ia sedang menggiring dirinya kepada jurang kebinasaan. Karena tak ada satu detik pun waktu terlewat melainkan ajal kian mendekat. Allah swt mengingatkan itu dalam surah Al-Anbiya ayat 1, “Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).”

Ketika jatah waktu terhamburkan sia-sia, dan ajal sudah di depan mata. Tiba-tiba, lisan tergerak untuk mengatakan, “Ya Allah, mundurkan ajalku sedetik saja. Akan kugunakan itu untuk bertaubat dan mengejar ketinggalan.” Tapi sayang, permohonan tinggallah permohonan. Dan, kematian akan tetap datang tanpa ada perundingan.

Allah swt berfirman dalam surah Ibrahim ayat 44, “Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang zalim: ‘Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul….”

Kematian mengingatkan bahwa kita bukan siapa-siapa

Kalau kehidupan dunia bisa diumpamakan dengan pentas sandiwara, maka kematian adalah akhir segala peran. Apa pun dan siapa pun peran yang telah dimainkan, ketika sutradara mengatakan ‘habis’, usai sudah permainan. Semua kembali kepada peran yang sebenarnya.

Lalu, masih kurang patutkah kita dikatakan orang gila ketika bersikeras akan tetap selamanya menjadi tokoh yang kita perankan. Hingga kapan pun. Padahal, sandiwara sudah berakhir.

Sebagus-bagusnya peran yang kita mainkan, tak akan pernah melekat selamanya. Silakan kita bangga ketika dapat peran sebagai orang kaya. Silakan kita menangis ketika berperan sebagai orang miskin yang menderita. Tapi, bangga dan menangis itu bukan untuk selamanya. Semuanya akan berakhir. Dan, peran-peran itu akan dikembalikan kepada sang sutradara untuk dimasukkan kedalam laci-laci peran.

Teramat naif kalau ada manusia yang berbangga dan yakin bahwa dia akan menjadi orang yang kaya dan berkuasa selamanya. Pun begitu, teramat naif kalau ada manusia yang merasa akan terus menderita selamanya. Semua berawal, dan juga akan berakhir. Dan akhir itu semua adalah kematian.

Kematian mengingatkan bahwa kita tak memiliki apa-apa

Fikih Islam menggariskan kita bahwa tak ada satu benda pun yang boleh ikut masuk ke liang lahat kecuali kain kafan. Siapa pun dia. Kaya atau miskin. Penguasa atau rakyat jelata Semuanya akan masuk lubang kubur bersama bungkusan kain kafan. Cuma kain kafan itu.

Itu pun masih bagus. Karena, kita terlahir dengan tidak membawa apa-apa. Cuma tubuh kecil yang telanjang.

Lalu, masih layakkah kita mengatasnamakan kesuksesan diri ketika kita meraih keberhasilan. Masih patutkah kita membangga-banggakan harta dengan sebutan kepemilikan. Kita datang dengan tidak membawa apa-apa dan pergi pun bersama sesuatu yang tak berharga.

Ternyata, semua hanya peran. Dan pemilik sebenarnya hanya Allah. Ketika peran usai, kepemilikan pun kembali kepada Allah. Lalu, dengan keadaan seperti itu, masihkah kita menyangkal bahwa kita bukan apa-apa. Dan, bukan siapa-siapa. Kecuali, hanya hamba Allah. Setelah itu, kehidupan pun berlalu melupakan peran yang pernah kita mainkan.

Kematian mengingatkan bahwa hidup sementara

Kejayaan dan kesuksesan kadang menghanyutkan anak manusia kepada sebuah khayalan bahwa ia akan hidup selamanya. Hingga kapan pun. Seolah ia ingin menyatakan kepada dunia bahwa tak satu pun yang mampu memisahkan antara dirinya dengan kenikmatan saat ini.

Ketika sapaan kematian mulai datang berupa rambut yang beruban, tenaga yang kian berkurang, wajah yang makin keriput, barulah ia tersadar. Bahwa, segalanya akan berpisah. Dan pemisah kenikmatan itu bernama kematian. Hidup tak jauh dari siklus: awal, berkembang, dan kemudian berakhir.

Kematian mengingatkan bahwa hidup begitu berharga

Seorang hamba Allah yang mengingat kematian akan senantiasa tersadar bahwa hidup teramat berharga. Hidup tak ubahnya seperti ladang pinjaman. Seorang petani yang cerdas akan memanfaatkan ladang itu dengan menanam tumbuhan yang berharga. Dengan sungguh-sungguh. Petani itu khawatir, ia tidak mendapat apa-apa ketika ladang harus dikembalikan.

Mungkin, inilah maksud ungkapan Imam Ghazali ketika menafsirkan surah Al-Qashash ayat 77, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) dunia…” dengan menyebut, “Ad-Dun-ya mazra’atul akhirah.” (Dunia adalah ladang buat akhirat)

Orang yang mencintai sesuatu takkan melewatkan sedetik pun waktunya untuk mengingat sesuatu itu. Termasuk, ketika kematian menjadi sesuatu yang paling diingat. Dengan memaknai kematian, berarti kita sedang menghargai arti kehidupan.

Author: Muhammad Nuh

PS: Semoga kita senantiasa saling menasihati dalam kebaikan, dan kematian adalah penasihat sejati

Monday, November 10, 2008

Kematian diujung senapan, tanpa menutup mata.

Almarhum Amrozi, Ali Gufron, dan Imam Samudra, ditembak mati tanpa ditutup matanya..

Menurut Kepala Pusat Penerangan Hukum Jasman Pandjahitan, ini merupakan permintaan ketiganya kepada pihak Kejaksaan Agung sebelum dieksekusi. "Terpidana dieksekusi, tidak ada ditutup matanya," ujarnya (Kompas.Com)
"Ini atas permintaan ketiga terpidana untuk tidak menutup mata saat eksekusi dilakukan," kata Jasman.

Umumnya, eksekusi mati dilakukan dengan menutup mata terpidana seperti yang dilakukan terhadap terpidana mati atas kasus narkoba, Anthony dan Samuel. Menurut rohaniawan yang mendampingi warga Nigeria itu, tubuh keduanya ditutupi memakai karet dari ujung kaki hingga kepala, seperti mumi.

Amrozi, Mukhlas alias Ali Ghufron, dan Imam Samudera alias Abdul Azis, akhirnya dieksekusi. Sekitar pukul 00.00 Amrozi dkk tewas di depan tiga regu tembak yang melakukan eksekusi di perbukitan Nirbaya, Nusakambangan.
 

Embay Badriyah dikawal warga untuk menyaksikan pemakaman anaknya terpidana mati bom bali I, Abdul Azis alias Imam Samudra di kampung Lopang Gede, Serang, Banten, Minggu

Takbir menggema ketika ribuan orang mengantar jenazah, Abdul Azis alias Imam Samudra ke pemakaman keluarga di Kampung Lopang Gede, Serang, Banten, Minggu (9/11).



Setiap membaca, mendengar, dan melihat lagi berita tentang eksekusi ini ada kehampaan dihati. Islam akan semakin berjayakah dibumi pertiwi ini? Ataukah menuju kehancuran?

PS: Duhai Ummi Badriyah, aku iri padamu, pada ketegaranmu, pada tawadhumu, pada tawakal mj, pada senyum ikhlasmu.
Teriring doa untukmu wahai ummi. T_T

Friday, April 11, 2008

Berakhir Penantian…sungguh berakhir penantian itu…

Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati (QS. Al-Ankabut (29):57)

 

Dalam hening malam baru tersadar pada judul postinganku semingguan lalu, Berakhir penantian: Nyelip diagenda Kampanye HaDe Pisan.Dalam postinganku itu sebenarnya hanya untuk mengingatkanku jadwal kampanye HaDe di Cirebon pada Ahad, 6 April 2008, rencananya di acara itulah anak-anak akan bertemu sang abi. Ternyata, sungguh skenario Allah berkata lain.

 

Sabtu 5 april, selepas subuh suami menelpon mengabarkan bahwa Epa, ayahanda kami meninggal dunia. Saat itu aku sempat shock karena sungguh aku masih menanti pertemuan dengan epa sekiranya lebaran nanti, berharap masih bertemu epa meski hanya untuk menatap matanya yang teduh. Suamiku terdengar lebih tegar mungkin karena seminggu lalu masih sempat bertemu bahkan ngobrol banyak dengan epa saat takziah meninggalnya mba fatimah.

 

Speechless, masih sesegukan aku meminta kali ini suamiku dapat memperjuangkan tiket pesawat untuk kami bertiga (karena minggu lalu kehabisan). Perjalanan kali ini begitu mendadak namun sungguh pertolongan Allah begitu dekat, Ia sesuai prasangka kita. Mulai dari Tiket kereta api hingga pesawat tidak ada kendala meski booking ticket semua dlm keadaan mepet, dan selalu pas tiket dapet pas mau jalan…(kebayang kan ngos-ngosannya…), bahkan sempat ketinggalan pesawat yang pertama (karena waktu 10 menit buat ambil boarding pass-nya dipake buat ngobrol dgn mantan Menperindag pas di depan loket Merpati nya!!! Abi tanggung jawab neh!!!)

 

Ternyata berakhir penantian itu bukan di acara kampanyenya HaDe di Cirebon, namun di bandara juanda anak2 melepas rindunya ketemuan dengan abinya. Pelukan hangat bertubi-tubi nih untuk abi tercinta, padahal baru 16 hari ga ketemuannya sudah ala sinetronan gini pelukannya, gimana yang ga ketemuannya berbulan-bulan 

 

Sampai di Branta, Madura, epa sudah dikebumikan. Kami hanya sempat ziarah ke makamnya. Menyusuri jalan berpasir putih menuju makam Epa ada yang menyesakkan dada, Epa yang tak pernah banyak bicara bagiku matanya penuh bercerita. Betapa ia tak meminta apapun dari kami anak-anaknya, cukuplah melihat semua anaknya bahagia menjadi obat bagi hatinya.

Gundukan makam Epa masih basah, namun pasirnya tetap begitu putih dan lembut (karena Branta dekat dengan laut, makamnya pun berpasir putih, pasir laut).Untuk pertama kalinya dalam hidupku pasir putih tak lagi berwarna indah yang ceria untuk bermandi matahari dan air laut, kini pasirputih bernuansa duka namun damai. Epa maafkan kami. Duhai Rabb ampunkan ia, sejahterakan dan hangatkan ia di alam kuburnya.

 

Allhummaghfirlahu, warhamhu wa’afiehi wa’fuanhu…

 

Epa, berakhir penantian itu…sungguh berakhir sudah penantian untuk pertemuan indah dengan Sang Rahman Rahiim….

 

 

*Berakhir penantian: nyelip di agenda Hade (Skenario Allah diatas Rencana manusia)

http://ummif2.multiply.com/calendar/item/10023/Berakhirnya_Penantian_Nyelip_di_Agenda_Kampanye_Hade_Pisan_Euy

Wednesday, December 26, 2007

Sore itu di gudang karet…

 

 

Bacalah lalu sampaikan pada alam agar mereka juga menjaga anak-anak kita., True story, a lesson to preserve our moslem generation …

 

Sore itu Dudi, dodo, dan didi seperti biasa bermain bersama di gudang karet dekat sekolah mereka. Meskipun Dudi sudah menginjak usia 14 tahun dan duduk dibangku kelas 9 SMP, ia tetap merasa nyaman bermain bersama Dodo dan didi yang masih duduk di bangku kelas 3 SD. Mereka bertiga tumbuh bersama sejak kecil. Rumah mereka memang tidak terlalu berdekatan namun cukup dengan bersepeda 10 menit mereka sudah bisa saling bertemu bergiliran dirumah masing-masing. Ditambah lagi SD dan SMP mereka hanya terpisah jembatan gantung, maka setiap ada waktu luang mereka habiskan bersama.

 

Sore itu Dudi, dodo, dan didi seperti biasa bermain bersama di gudang karet dekat sekolah mereka. Waktu itu matahari sudah menuju peraduan. Temaram malam beberapa waktu lagi menjelang. Seorang gadis cilik berusia 7 tahun melintas dihadapan mereka. Masih berseragam putih merah dipelukannya boneka berambut ikal hadiah dari ayahnya. Yani namanya, kulitnya nampak kemerahan karena sesiangan tadi ia melepas waktu bermain dilapangan voly dengan teman-teman sekolahnya. Tiba-tiba Dodo yang mengenal Yani sejak mereka di sekolah ngaji yang sama 2 tahun lalu mendekati Yani.  Dodo mengajak Yani bergabung bersama teman-teman yang lain. Yani tentu saja menolaknya karena hari sudah menjelang Maghrib, dan ia tahu ibunya akan marah jika ia tidak lekas pulang. Dodo mengusulkan pada Dudi dan didi untuk bermain seperti yang mereka tonton di play station. Tentu saja dengan Yani sebagai partner permainan. Dudi dan didi awalnya tidak bergeming namun mereka jadi penasaran untuk bisa melakukan langsung permainan yang mereka tonton tempo hari.

 

Sore itu dengan susah payah mereka bertiga membujuk Yani untuk ikut dalam permainan. Akhirnya Yani tergiur juga setelah diiming-imingi uang Rp.15.000,-. Tentu saja untuk anak seusia Yani uang tersebut luar biasa besar nilainya. Ia bisa membeli sebatang cokelat dan sebuah boneka mungil di abang tukang mainan depan sekolahnya. Yani menurut saja ketika ia dituntun ketiga kakak kelasnya itu ke dalam gudang karet. Ia senang meskipun bingung karena belum tahu permainan yang akan dimainkan. Namun uang Rp.15.000,- itu bermain dibenaknya, mengusir kebingungan dan ketakutannya.

 

Sore itu di gudang karet, permainan itu dimulai. Dodo yang pertama kali melucuti pakaian Yani dan menggagahinya di hadapan kedua temannya. Lalu merka bergiliran melakukan hal yang sama. Tentu saja yani kecil berontak, tapi apa daya ia hanya gadis kecil yang tidak sebanding dipasung ketiga anak lelaki yang sedang mencoba permainan baru mereka dengan sekuat tenaga.

 

Sore itu di gudang karet, yani menangis tersedu-sedu namun tak seorang pun mampu mendengarnya karena adzan Maghrib bersahutan disetiap sudut jalan.  Sementara ketiga bocah yang mendadak buas itu sudah berhamburan pulang ke rumah masing-masing. Astaghfirullahaladzim. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun.

 

Persidangan sampai tahap akhir, tuntutan orang tua yani berbuah meski tak sesuai harapan. Dodo sebagai otak dan pelaku dikenai sanksi kurungan 6 bulan potong tahanan, didi pun tak jauh berbeda nasibnya dengan Dodo. Namun untuk pelaku tertua, Dudi, pengadilan menyerahkannya pada keluarga untuk dibina, karena psikologinya terguncang serta alasan keluguannya. Orang tua Dudi yang hanya seorang kuli bangunan tak kuasa melakukan apapun untuk memberi pelajaran pada anak bungsunya ini, apalagi untuk membina dengan sepantasnya. Maka dengan berlinang airmata mereka menyerhkan perihal pembinaan ini pada pihak sekolah. Namun pihak sekolah memilih walikelas Dudi sebagai ujung tombak decision maker dalam pembinaan Dudi. Maka? Lieur lah walikelasnya….

 

Any suggestion?

 

 

Wish it was only a story, or a nightmare

Just forgot it or woke up immediately,

But I can’t.

 

 Nurul UmmiF2

 

Thursday, May 3, 2007

Kesaksian mati suri...

Kesaksian Warga Bengkalis yang Mati Suri dalam Temu Alumni ESQ

''Menyaksikan Orang Disiksa dan Ingin Kembali ke Dunia''

Laporan Idris Ahmad - Pekanbaru

 

Pengalaman mati suri seperti yang dialami Aslina, telah pula dirasakan banyak orang. Seorang peneliti dan meraih gelar doktor filsafat dari Universitas Virginia Dr Raymond A Moody pernah meneliti fenomena ini. Hasilnya orang mati suri rata-rata memiliki pengalaman yang hampir sama. Masuk lorong waktu dan ingin dikembalikan ke dunia.

 

Berikut catatan  Riau Pos yang turut serta mendengarkan kesaksian Aslina dalam temu Alumni ESQ (emotional, spiritual, quotient) Ahad (24/9) di Hotel Mutiara Merdeka Pekanbaru.

 

Catatan ini dilengkapi pula dengan penjelasan instruktur ESQ Legisan Sugimin yang mengutip Al-Quran yang menjelaskan orang yang mati itu ingin dikembalikan ke dunia, serta penelusuran melalui internet tentang Dr Raymond.

Bagi pembaca yang ingin mengetahui perihal Dr Raymond dapat

membuka situs www.lifeafterlife. com dan hasil penelitian Raymond

tentang mati suri dapat dibaca di buku Life After Life.

 

Aslina adalah warga Bengkalis yang mati suri 24 Agustus 2006 lalu. Gadis berusia sekitar 25 tahun itu memberikan kesaksian saat nyawanya dicabut dan apa yang disaksikan ruhnya saat mati suri.

 

Sebelum Aslina memberi kesaksian, pamannya Rustam Effendi memberikan penjelasan pembuka. Aslina berasal dari keluarga sederhana, ia telah yatim. Sejak kecil cobaan telah datang kepada dirinya.

 

Pada umur tujuh tahun tubuhnya terbakar api sehingga harus menjalani dua kali operasi. Menjelang usia SMA ia termakan racun. Tersebab itu ia menderita selama tiga tahun. Pada umur 20 tahun ia terkena gondok (hipertiroid) . Gondok tersebut menyebabkan beberapa kerusakan pada jantung dan matanya. Karena penyakit gondok itu maka Jumat, 24 Agustus 2006  Aslina menjalani check-up atas gondoknya di Rumah Sakit Mahkota Medical Center (MMC) Melaka Malaysia. Hasil pemeriksaan menyatakan penyakitnya di ambang batas sehingga belum bisa dioperasi.

 

''Kalau dioperasi maka akan terjadi pendarahan,'' jelas Rustam. Oleh karena itu Aslina hanya diberi obat. Namun kondisinya tetap lemah. Malamnya Aslina gelisah luar biasa, dan terpaksa pamannya membawa Aslina kembali ke Mahkota sekitar pukul 12 malam itu. Ia dimasukkan ke unit gawat darurat (UGD), saat itu detak jantungnya dan napasnya sesak. Lalu ia dibawa ke luar UGD masuk ke ruang perawatan. ''Aslina seperti orang ombak (menjelang sakratulmaut, red). Lalu saya ajarkan kalimat thoyyibah dan syahadat. Setelah itu dalam pandangan saya Aslina menghembuskan nafas terakhir,'' ungkapnya. Usai Rustam memberi pengantar, lalu Aslina memberikan kesaksiaanya.

 

''Mati adalah pasti. Kita ini calon-calon mayat, calon penghuni kubur,'' begitu ia mengawali kesaksiaanya setelah meminta seluruh hadirin yang memenuhi Grand Ball Room Hotel Mutiara Merdeka Pekanbaru tersebut membacakan shalawat untuk Nabi Muhammad SAW. Tak lupa ia juga menasehati jamaah untuk memantapkan iman,
amal dan ketakwaan sebelum mati datang. ''Saya telah merasakan mati,'' ujar anak yatim itu. Hadirin terpaku mendengar kesaksian itu. Sungguh, lanjutya, terlalu sakit mati itu.

 

Diceritakan, rasa sakit ketika nyawa dicabut itu seperti sakitnya kulit hewan ditarik dari daging, dikoyak. Bahkan lebih sakit lagi.

 

''Terasa malaikat mencabut (nyawa, red) dari kaki kanan saya,'' tambahnya. Di saat itu ia sempat diajarkan oleh pamannya kalimat thoyibah. ''Saat di ujung napas, saya berzikir,'' ujarnya. ''Sungguh sakitnya, Pak, Bu,'' ulangnya di hadapan lebih dari 300 alumni ESQ Pekanbaru.

 

Diungkapkan, ketika ruhnya telah tercabut dari jasad, ia menyaksikan di sekelilingnya ada dokter, pamannya dan ia juga melihat jasadnya yang terbujur.

Setelah itu datang dua malaikat serba putih mengucapkan Assalaimualaikum kepada ruh Aslina. ''Malaikat itu besar, kalau memanggil, jantung rasanya mau copot, gemetar,'' ujar Aslina mencerita pengalaman matinya. Lalu malaikat itu bertanya: ''siapa Tuhanmu, apa agamamu, dimana kiblatmu dan siapa nama orangtuamu.'' Ruh Aslina menjawab semua pertanyaan itu dengan lancar.

Lalu ia dibawa ke alam barzah. ''Tak ada teman kecuali amal,'' tambah Aslina yang Ahad malam itu berpakaian serba hijau.

 

Seperti pengakuan pamannya, Aslina bukan seorang pendakwah, tapi malam itu ia tampil memberikan kesaksian bagaikan seorang muballighah. Di alam barzah ia melihat seseorang ditemani oleh sosok yang mukanya berkudis, badan berbulu dan mengeluarkan bau busuk. Mungkin sosok itulah adalah amal buruk dari orang tersebut.

 

Aslina melanjutkan. ''Bapak, Ibu, ingatlah mati,'' sekali lagi ia mengajak hadirin untuk bertaubat dan beramal sebelum ajal menjemput.

 

Di alam barzah, ia melanjutkan kesaksiannya, ruh Aslina dipimpin oleh dua orang malaikat. Saat itu ia ingin sekali berjumpa dengan ayahnya. Lalu ia memanggil malaikat itu dengan ''Ayah''. ''Wahai ayah bisakah saya bertemu dengan ayah saya,''

tanyanya. Lalu muncullah satu sosok. Ruh Aslina tak mengenal sosok yang berusia antara 17-20 tahun itu. Sebab ayahnya meninggal saat berusia 65 tahun. Ternyata memang benar, sosok muda itu adalah ayahnya. Ruh Aslina mengucapkan salam ke ayahnya dan berkata: ''Wahai ayah, janji saya telah sampai.'' Mendengar itu

ayah saya saya menangis.Lalu ayahnya berkata kepada Aslina. ''Pulanglah ke rumah, kasihan adik-adikmu.'' ruh Aslina pun menjawab. ''Saya tak bisa pulang, karena janji telah sampai''.

 

Usai menceritakan dialog itu, Aslina mengingatkan kembali kepada hadirin bahwa alam barzah dan akhirat itu benar-benar ada.

 

''Alam barzah, akhirat, surga dan neraka itu betul ada. Akhirat adalah kekal,'' ujarnya bak seorang pendakwah.

 

Setelah dialog antara ruh Aslina dan ayahnya. Ayahnya tersebut menunduk. Lalu dua malaikat memimpinnya kembali, ia bertemu dengan perempuan yang beramal shaleh yang mukanya bercahaya dan wangi. Lalu ruh Aslina dibawa kursi yang empuk dan didudukkan di kursi tersebut, di sebelahnya terdapat seorang perempuan yang menutup aurat, wajahnya cantik. Ruh Aslina bertanya kepada perempuan itu. ''Siapa kamu?'' lalu perempuan itu menjawab.''Akulah (amal) kamu.''

 

Selanjutnya ia dibawa bersama dua malaikat dan amalnya berjalan menelurusi lorong waktu melihat penderitaan manusia yang disiksa. Di sana ia melihat seorang laki-laki yang memikul besi seberat 500 ton, tangannya dirantai ke bahu, pakaiannya koyak-

koyak dan baunya menjijikkan. Ruh Aslina bertanya kepada amalnya.

''Siapa manusia ini?'' Amal Aslina menjawab orang tersebut ketika hidupnya suka membunuh orang.

 

Lalu dilihatnya orang yang yang kulit dan dagingnya lepas. Ruh Aslina bertanya lagi ke amalnya tentang orang tersebut. Amalnya mengatakan bahwa manusia tersebut tidak pernah shalat bahkan tak bisa mengucapkan dunia kalimat syahadat ketika di

dunia.

 

Selanjutnya tampak pula oleh ruh Aslina manusia yang dihujamkan besi ke tubuhnya. Ternyata orang itu adalah manusia yang suka berzina. Tampak juga orang saling bunuh, manusia itu ketika hidup suka bertengkar dan mengancam orang lain.

 

Dilihatkan juga pada ruh Aslina, orang yang ditusuk dengan 80 tusukan, setiap tusukan terdapat 80 mata pisau yang tembus ke dadanya, lalu berlumuran darah, orang tersebut menjerit dan tidak ada yang menolongnya. Ruh Aslina bertanya pada amalnya. Dan dijawab orang tersebut adalah orang juga suka membunuh.

 

Tampak pula orang berkepala babi dan berbadan babi. Orang tersebut adalah orang yang suka berguru pada babi. Ada pula orang yang dihempaskan ke tanah lalu dibunuh. Orang tersebut adalah anak yang durhaka dan tidak mau memelihara orang tuanya ketika di dunia.

 

Perjalanan menelusuri lorong waktu terus berlanjut. Sampailah ruh Aslina di malam yang gelap, kelam dan sangat pekat sehingga dua malaikat dan amalnya yang ada disisinya tak tampak. Tiba-tiba muncul suara orang mengucap : Subnallah, Alhamdulillah dan Allahu Akbar. Tiba-tiba ada yang mengalungkan sesuatu di lehernya. Kalungan itu ternyata tasbih yang memiliki biji 99 butir.

 

Perjalanan berlanjut. Ia nampak tepak tembaga yang sisi-sisinya mengeluarkan cahaya, di belakang tepak itu terdapat gambar kakbah. Di dalam tepak terdapat batangan emas. Ruh Aslina bertanya pada amalnya tentang tepak itu. Amalnya menjawab tepak tersebut adalah husnul khatimah. (Husnul khatimah secara literlek

berarti akhir yang baik. Yakni keadaan dimana manusia pada akhir hayatnya dalam keadaan (berbuat) baik,red).

 

Selanjutnya ruh Aslina mendengarkan azan seperti azan di Mekkah. Ia pun mengatakan kepada amalnya. ''Saya mau shalat.'' Lalu dua malaikat yang memimpinnya melepaskan tangan ruh Aslina.

 

''Saya pun bertayamum, saya shalat seperti orang-orang di dunia shalat,'' ungkap Aslina.

 

Selanjutnya ia kembali dipimpin untuk melihat Masjid Nabawi. Lalu diperlihatkan pula kepada ruh Aslina, makam Nabi Muhammad SAW. Dimakam tersebut batangan-batangan emas di dalam tepak ''husnul khatimah'' itu mengeluarkan cahaya terang.

Berikutnya ia melihat cahaya seperti matahari tapi agak kecil. Cahaya itu pun bicara kepada ruh Aslina. ''Tolong kau sampaikan kepada umat, untuk bersujud di hadapan Allah.''

 

Selanjutnya ruh Aslina menyaksikan miliaran manusia dari berbagai abad berkumpul di satu lapangan yang sangat luas. Ruh Aslina hanya berjarak sekitar lima meter dari kumpulan manusia itu. Kumpulan manusia itu berkata. ''Cepatlah kiamat, aku tak tahan lagi di sini Ya Allah.'' Manusia-manusia itu juga memohon. ''Tolong kembalikan aku ke dunia, aku mau beramal.''

 

Begitulah di antara cerita Aslina terhadap apa yang dilihat ruhnya saat ia mati suri. Dalam kesaksiaannya ia senantiasa mengajak hadirin yang datang pada pertemuan alumni ESQ itu untuk bertaubat dan beramal shaleh serta tidak melanggar aturan Allah.

 

Setelah kesaksian Aslina, instruktur Pelatihan ESQ Legisan Sugimin yang telah mendapat lisensi dari Ary Ginanjar (pengarang buku sekaligus penemu metode Pelatihan ESQ) menjelaskan bahwa fenomena mati suri dan apa yang disaksikan oleh orang yang mati suri pernah diteliti ilmuan Barat.

 

Legisan mengemukakan pula, mungkin di antara alumni ESQ yang hadir pada Ahad (24/9) malam itu ada yang tidak percaya atau ragu terhadap kesaksian Aslina. Tapi yang jelas, lanjutnya, rata-rata orang yang mati suri merasakan dan melihat hal yang hampir sama.

 

''Apa yang disampaikan Aslina, mungkin bukti yang ditunjukkan Allah kepada kita semua,'' ujarnya.Legisan menjelaskan penelitian oleh Dr Raymond A Moody Jr tentang mati suri. Raymond mengemukakan orang mati suri itu dibawa masuk ke lorong waktu, di sana ia melihat rekaman seluruh apa yang telah ia lakukan selama hidupnya. Dan diakhir pengakuan orang mati suri itu berkata: ''Dan aku ingin agar aku dapat kembali dan membatalkan semuanya.''

 

Menanggapi kesaksian Aslina yang melihat orang-orang berteriak ingin dikembalikan ke dunia dan ingin beramal serta penelitian Raymond yang menyebutkan ''aku ingin agar aku dapat kembali dan membatalkan semuanya,'' Legisan mengutip ayat Al-Quran Surat Al-Mu'muninun (23) ayat 99-100:

 

(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata:''Ya, Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia).''(99) . Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan. (100).

 

Sebagai penguat dalil agar manusia bertaubat, dikutipkan juga Quran Surat Az-Zumar ayat 39: ''Dan kembalilah kamu kepada Tuhan-Mu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).''

 

Usai pertemuan alumni itu, Aslina meminta nasehat dari Legisan. Intruktur ESQ itu menyarankan agar Aslina senatiasa berdakwah dan menyampaikan kesaksiaannya saat mati suri kepada masyarakat agar mereka bertaubat dan senantiasa mentaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Setelah acara, banyak di antara alumni

yang bersimpati dan ingin membantu pengobatan sakit gondoknya. Para hadirinpun menyempat diri untuk berfoto bersama Aslina.

 

Semoga pembaca dapat mengambil pelajaran dari kesaksiaan

 

Wahai kaum muslimin..Dajjal sudah muncul!!!

Salah satu tanda akhir zaman yang akhir-akhir ini cukup menyedot
perhatian adalah kehadiran seorang bernama Sai Baba, dia lahir dan
tinggal di Desa Nilayam Puthaparti, wilayah timur Khurasan, tepatnya
India Selatan.

Rasulullah saw bersabda kepada kami, Dajjal akan keluar dari
bumi ini dibagian timur bernama Khurasan (Jamiu at Tirmidzi).

 

Abû Hurayrah meriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda:"Hari

Kiamat tidak akan datang hingga 30 Dajal (pendusta) muncul, mereka semua berdusta tentang Allah dan

Rasul-Nya. "

 

Bisa jadi Sai Baba ini adalah salah satu dari 30 dajal-dajal kecil yang akan membuka jalan bagi munculnya

al-Masîh al-Dajjâl (Dajjal nantinya akan berperang dengan imam mahdi dan di bunuh oleh nabi Isa as).

wallahu al'am..

 


 

Laki-laki ini memiliki kemampuan menghidupkan orang mati,
menyembuhkan orang lumpuh dan buta, bahkan mampu menurunkan hujan dan
mengeluarkan tepung dari tangannya. Ia juga mampu berjalan melintasi
belahan bumi dalam sekejap, menciptakan patung emas, merubah besi
menjadi emas, dan banyak lagi berbagai fitnah yang ditunjukkan oleh
Sai Baba kepada ribuan orang - bahkan - jutaan yang datang dari
berbagai suku bangsa dan agama. Saat ini laki-laki ini sudah memiliki puluhan juta pengikut..

Maka sudah saatnya bagi setiap muslim untuk mengetahui masalah ini, agar dirinya tidak menjadi korban
berikutnya dari fitnah Sai Baba ini.

 

"Dajjal adalah seorang laki-laki yang gemuk, berkulit merah dan

berambut keriting..."(HR.Bukhari dan Muslim)

 

"Diawal kemunculannya, Dajjal berkata, Aku adalah nabi, padahal tidak

ada nabi setelahku. Kemudian ia memuji dirinya sambil berkata, Aku

adalah Rabb kalian, padahal kalian tidak dapat melihat Rabb kalian

sehingga kalian mati (HR.Ibnu Majah)

 

Antara DAJJAL dan SAI BABA

1) Dajjal seorang laki yang berpostur pendek, gempal, berambut kribo,

berkaki bengkok (agak pengkor). Sai Baba seorang yang berpostur

pendek dan berambut kribo.

 

2) Dajjal memiliki mata yang buta. Sai Baba pernah mengalami kebutaan

di waktu muda kemudian sembuh kembali.

 

3) Dajjal datang dan bersama ada gunung roti dan sungai air. Sai Baba

memiliki kemampuan mengeluarkan vibhuti (tepung suci) dari udara

melalui tangannya.

 

4) Dajjal memiliki kemampuan berpindah dari satu tempat ke tempat lain

dengan depat dan kecepatannya seperti hujan badai atau secepat awan

yang ditiup angin kencang. Sai Baba memiliki kemampuan berjalan

menjelajahi bumi dalam hitungan kejapan mata.

 

5) Dajjal mengikuti pengikut yang sangat banyak, bahkan di akhir zaman

nanti banyak manusia yang berangan-angan untuk berjumpa dengan Dajjal.

Sai Baba memiliki pengikut yang jumlahnya puluhan juta manusia dari

berbagai macam suku, bangsa, negara dan agama.

 

6) Dajjal akan muncul dengan mengaku sebagai orang bijak/ baik,

sehingga banyak sekali orang yang tertarik untuk mengikutinya. Sai

Baba mengaku seabgai orang yang bijak yang membawa misi perdamaian,

cinta kasih menghapuskan segala persengketaan dengan bijaksana.

 

7) Dajjal akan muncul dan sebagai nabi. Sai Baba memposisikan dirinya

sebagai nabi kepada pengikut2nya.

 

8) Dajjal akang menggunakan nama Al-Masih. Sai Baba mengaku akan

menjelma sebagai Isa Al-Masih setelah tahun 2020.

 

9) Dajjal akan mengaku sebagai Tuhan. Sai Baba mengklaim bahwa dirinya

adalah Tuhan penguasa alam semesta.

 

10) Dajjal akan mendakwahkan agama Allah. Dalam banyak majelis

darshanya Sai Baba banyak berbicara tentang Islam, Al-Qur'an dan

keharusan untuk memahaminya.

 

11) Dajjal mampu menghidupkan orang mati dan menyembuhkan orang sakit.

Sai Baba memiliki kemampuan menghidupkan orang mati juga menyembuhkan

penyakit kanker.

 

12) Dajjal dapat menurunkan hujan. Sai Baba memiliki kemampuan

menurunkan hujan dan mendatangkan air untuk irigasi (di NTT sedang di

bangun proyek Sai Baba untuk pengairan di daerah yang kering).

 

13) Dajjal bisa mengeluarkan perbendaharaan (perhiasan dan harta) dari

bangunan yang roboh, lalu perbendaharaan itu akan mengikuti ratunya.

Sai Baba mampu menciptakan patung emas, kalung emas, injil mini dan

berbagai bentuk medalai berlafadz ALLAH dalam sekejap.

 

14) Dajjal akan membunuh seseorang dan menghidupkannya kembali. Sai

Baba bisa menghidupkan orang yang sudah meninggal dunia.

 

15) Dajjal bisa berpindah raga dan tempat dari satu bentuk ke bentuk

lainnya. Sai Baba bisa berpindah dari satu jasad ke jasad lainnya

yang merupakan benruk reinkarnasi dirinya.

 

16) Dajjal bisa membesarkan tubuhnya. Sai Baba memliki kemampuan

berjalan di udara dan membuat kemukjizatan pada sebuh pesawat terbang.

 

17) Dajjal biasa keluar masuk pasar dan makanan. Sai Baba juga manusia

biasa yang makan dan minum sebagaimana manusia lainnya, ia juga bisa

berjalan ke pasar, rumah sakit, proyek irigasi dan tempat lain yang

biasa dikunjungi manusia.

 

18) Dajjal bisa memerintahkan bumi untuk mengeluarkan tumbuh2an dan

air. Sai baba bisa mengeluarkan air dengan hentakan kakinya.

 

19) Dajjal tidak memliki anak. Sai Baba mandul, ia tidak beranak dan

tidak berkeluarga (tidak menikah).

 

20) Dajjal memimpin orang yahudi. Sai Baba memiliki misi menyebarkan

teologi zionis.

 

21) Dajjal muncul di zaman pertikaian. Sai Baba mengklaim bahwa ia

datang dari masa banyak pertikaian dan persengketaan, dan

kedatangannya untuk menegakkan kebenaran dan membinasakan kejahatan

 

wahai kaum muslimin, apa lagi yang kita tunggu,

marilah segera kita kembali kepada Allah dan rasulnya.

 
"Jika salah seorang diantara kalian telah menyelesaikan bacaan tasyahhud
akhirnya, hendaklah ia meminta perlindungan kepada Allah
dari empat hal.
  
Hendaknya ia berkata : 'Ya Allah, aku memohon perlindungan pada Mu dari
siksa Neraka Jahannam, adzab kubur, fitnah (cobaan) hidup dan mati serta
dari keburukan fitnah Dajjal."

 

 

wassalam

 

 

Informasi lebih lanjut ttg sai baba ini bisa anda cari di google.com atau wikipedia.com