Showing posts with label grateful. Show all posts
Showing posts with label grateful. Show all posts

Friday, May 8, 2009

The Power of Being old

It's all about my life, my new life.

Tidak pernah terlintas sebelumnya dalam benak ini, dibalik musibah dan cobaan-Nya Allah memberi takdir seindah ini...

Berawal pada 2 minggu lalu, Uwa 4 (Wa Fatimah, kakak sulung ayahku) harus cuci darah karena gagal ginjal. Saat itu aku ajak nenekku yang biasanya tinggal bersama Uwa 4, untuk tinggal bersamaku, mengingat kondisi kesehatan uwakku tidak memungkinkan lagi untuk merawat mimih (nenekku/ibunda ayahku). Alhamdulillah dari semua ajakan tante dan Omku, ternyata nenekku memilih ikut aku karena pertimbangan jarak rumah lebih dekat dan kamar mandi dirumahku pun terdekat dari kamar. Maklumlah usia beliau sudah masuk 85 tahun, dengan tubuh yg harus di topang tongkat kaki 4 tentu tidak bisa se-mobile yang  muda ya...   

Maka diboyonglah nenekku kerumahku. Sejak 2 minggu inilah hari-hari kami diisi kebersamaan dengan uyut, demikian anak-anakku memanggilnya.

Tanpa helper (c mba emang sdh 7 bulan absen), maka my kids semakin mandiri dengan kehadiran uyutnya. Fathan dengan kerelaannya menyiapkan kamarnya untuk uyutnya beserta kursi rodanya. Fathiyya pun sudah tidak terlalu 'baby ummi' banget, secara liat umminya dari pagi sudah asyik mandiin uyut dari pada mandiin Fathiya

Eeen hebatnya baru dihari ketiga uyut bersama kami, ludahku berangsur pulih pada kondisi normal. Aku yang tadinya meludah full 24 jam karena efek hormonal kehamilanku, ternyata bisa kembali normal seketika hanya dengan merawat uyut. Amazing!!! Subhanallah!!!

Sebelumnya aku akan langsung mual dan muntah kalau mencium bau nasi masak, tetapi karena uyut harus selalu makan nasi panas maka aku semakin sering menanak nasi. Begitupun bau wewangian musuhku yang biasanya akan memicu muntah, maka setiap memandikan dan mengeramasi rambut panjang uyut dikamar mandi depan yang wanginya dulu buatku aneh, sekarang bukan lagi musuhku.

Subhanallah...uyut kekuatanmu sungguh menguatkanku...

Alhamdulillah Rabb atas nikmat-Mu ini

Saturday, October 11, 2008

Kenangan 1429H, kemenangan untuk ayah




Ayah....sekali atau seribu kali kupanggil namamu, kau tak bergeming. Namun kala sang Rahmaan nan Rahiim yang berbisik padamu, kau bangkit dengan tegar.

4,5 tahun sudah kau mengalah pada stroke yang melumpuhkan tangan kananmu dan membuat kaku kaki kananmu. 4,5 tahun sudah kau sembunyi dari dunia yang merindukan suaramu. 4,5 tahun sudah kau menutup hati dari kami yag mencintaimu. Meski berkali-kali dokter mengobati, menasehati agar kau bangun, meski beribu kali ibu menangis ingin kau bangkit menggandeng tangannya, kau tetap diam meski dengan senyum,

Namun sekali saja Allah Yang Welas Asih membisikkan kalimat sakti-NYA, kau bangkit segera. Akhirnya Ramadhan ini, kau hadir bersama kami menjadi ayah yang kami rindukan. Akhirnya syawal ini menjadi sejarah kembalinya jiwa tegar nan muthmainah itu, Ayah...

Tahniah ayah atas shaummu, atas dzikir dan do'a mu, atas semua ibadahmu ... karenanya kupinta pada Allah sebuah rumah yang sederhana di surga untukmu kelak, untuk perjumpaan kita kelak...

Thursday, June 19, 2008

Lelaki yang paling sering membuatku menangis...

Dulu aku memang anak cengeng, tak ku ingkari. Sebagai d"only daughterdari 4 bersaudara rasanya aku memang terlalu sentimentil. Apalagi protection dari ayahku begitu luar biasa.

Meski begitu intensitas aku menangis saat kecil kurasa tidak sehebat 4 tahun belakangan ini, saat aku sudah menjadi wanita dengan 2 orang anak.

Ku akui kedekatanku dengan ayah menguatkan satu sisi kepribadianku. Sebagai his only daughter, ikatan emosional kami begitu erat mungkin karena ayah begitu memanjakanku ( sampai sering membuat ibu cemburu, rival kuat nih mom piss he..he..)

Ayah begitu perkasa bagiku, lelaki hebat yang selalu ada untukku. Tak pernah kuingat ayah bisa marah padaku kecuali saat mengajariku mengaji (secara kelakuan anak kelas 3SD bawaannya pengen maen mulu).

Masih terkenang jelas saat ayah tak bisa menjadi wali nikahku karena ayah tersendat-sendat menangis karena bahagia. Terngiang jelas kata-kata ayah pada suamiku sebulan usai pernikahan, bahwa suamiku harus mampu menjagaku, karena sejak lahir aku dijaga untuk terjauh dari segala nestapa, begitu katanya.

Duhai ayahku, tak perlu kau katakan apapun setiap orang akan mampu membaca dimatamu, kau begitu sayang padaku, tak ingin aku terluka, tak ingin aku menangis.

Andai waktu dapat diputar kembali, aku akan minta pada Allah sehari saja lagi menjadi putri kecil ayahku. Ingin bermanja lagi dibahunya yang bidang, bergelantungan ditangannya yang kokoh, bercanda dan tertawa lagi bersama. Andai aku bisa...

Sungguh aku ingin dengan bangga mengenalkan ayahku pada anak-anakku sebagai lelaki hebat perkasa yang berhati pualam. Sayang, Stroke yang menyerang ayah 4,5 tahun lalu (tepat dua minggu sebelum aku melahirkan putri keduaku) telah melumpuhkan tangan dan kaki kanannya.

Alhamdulillah setelah empat setengah tahun berlalu ayah sudah mulai recovery, mulai bisa melakukan kegiatan bantu diri (makan, mandi dan berpakaian sendiri meski tangan dan kakinya tak kembali sempurna).

Meski begitu bagiku ayah tetap lelaki hebat itu, tak akan pernah berubah meski ayah pun tak sama lagi dengan yang dulu.Ayah yang perkasa telah kehilangan kepercayaan diri. Ayah lebih senang dirumah, sama sekali tak mau lagi bepergian. Ayah jadi lebih senang menyepi, sendiri ( bahkan saat putri semata wayangnya memohon agar ia ikut mengantarnya pindahan ke bandung, ia hanya menjawab dengan senyum. Tak bergeming.

Tentu saja itu menghancurkan perasaanku. Kami tinggal dikota yang berbeda, yang pastinya membatasi perjumpaan kami. Maka wajarlah jika setiap malam aku merinduinya, menangisinya. Bahkan bukan setiap malam saja, tapi setiap kusebut namanya aku akan langsung tersedu. Tak kuasa mengingati sorot matanya yang telah layu, yang memandangiku serta putra-putriku dengan air mata menggantung di pelupuk matanya. Seakan ingin berkata, "maafkan, ayah tak bisa apa-apa, tak bisa menjaga kalian seperti dulu."

Duhai ayah penjagaanmu masih terasa bagiku, bagi kami. Karena bukankah sebaik-baik penjaga adalah Allah, dan doa-doa ayah sejatinya telah menjadi perisai kami. Selamanya kami bangga pada ayah. Maafkan kami yang tak mampu membahagiakan ayah.

Father of Mine

Father,
You were always there
To help me through
The rain and snow.
To stand by me
And hold my hand,
To give advice
And understand.
With hugs galore
And when in need,
A bunch of laughs
So good indeed.
You love me
Because I am your child.
Always eager and willing to be
The best father you can be.
Through my eyes, I clearly see
That you were always there
And you always will be.

a poem dedicated to a daughter's father whose love and care has enlightened a daughter's appreciation.

Growing up, I was fortunate enough to have a loving father who always supported me. With unfortunate occurrences, such as divorce or even death, many of my young childhood friends never had the privilege of having a typical father figure in their lives like I did. Often these children depended upon friends and others for personal support, but growing up without a father is especially tough. As I grew older, I learned to appreciate everything that my father had done for me, because it was hard work and devotion to put our family where we are today. Many children are inappreciative and must realize that it is not a right to have a loving father, but a privilege and an honor

episode#1 : Saat seorang ayah menangis ia seperti pohon tua dihantam badai

PS. Ayah jangan menangis lagi agar setiap kupanggil nama ayah akupun bisa tegar

Wednesday, April 9, 2008

Jazzakumullah khair, Syukran atas do'a dan simpati yang mengalir.

Kami baru pulang dari Branta, Madura Senin lalu namun baru bisa kembali beraktifitas Selasa 8 April 2008.Selama itu pula kami tidak sempat berinteraksi dengan sahabat-sahabat semua, maaf HP dan koneksi net pun sengaja terhenti.

Meninggalnya kakak kami (Mbak Fatimah) baru seminggu ketika kabar Epa (Ayahanda ) meninggal dunia juga, Sabtu yang lalu. Tentu berat bagi kami keluarga yang ditinggalkan, namun Alhamdulilah semua ikhlas melepasnya. Mohon doanya selalu.

Jazzakumullah khair, Syukran atas do'a dan simpati yng mengalir. Terimakasih yang tiada terhingga untuk setiap doa yg menguatkan hati-hati kami. Terimakasih untuk Ustadz Ahmad Heryawan serta ibu Netty atas doa dan pengertian nan dalam melepas kami pulang. Terimakasih untuk semua crew Hade di Cisokan yang begitu dahsyat mengalirkan kehangatan bagi jiwa berduka suami tercinta. Terimakasih untuk teman-teman SMPN 3 (Asih n Wike thanx 4 ur companion) dan Percikan Iman atas do'a dan pelukan kalian. Thanks alot  buat Dee (zahiratu) n husband untuk telpon belasungkawa dipagi buta. Juga untuk Ibu Kepsek SMPN 3 serta jajaran PKS dan guru-guru yang bersedia datang kerumah untuk bertakziah. 

Untuk semua SMS simpati yang tak bisa kami balas satu persatu serta telepon dan PM yang mengalir, hanya Allah saja yang mampu memberikan balasan atas keikhlasan sahabat-sahabat semua. Sungguh melalui kalianlah Allah berikan pelipur lara sejati yang tak tergantikan.



PS: Dear Mas Fahrus, Islam dialah sabar dan ikhlas. Jangan lama-lama sakitnya ya mas, Lelaki Madura boleh menangis kok *).