Kalau anda membaca judulnya dan berharap tulisan ini mengupas asal usul Mr. Viagra ataupun Mrs. Selaput Dara, anda boleh kecewa. Membaca buku kesehatan dan datang ke obgin menjadi pilihan tepat untuk mengkaji seluk beluk keduanya.
Kali ini saya hanya ingin sharing terkait dengan santernya isu selaput dara buatan dari China. Eiit wait!! Bukan!! Saya bukan mau angkat bicara tentang produk baru ini yang katanya bisa membawa anda kembali ke malam pertama. Saya juga bukan mau unjuk gigi eeh unjuk rasa atas hadirnya produk ini di jatinegara. Bukan!! Karena buat saya tidak penting hadirnya, meskipun harganya hanya 300 ribu saja.
Namun ada yang jauh lebih penting dan genting buat saya, yakni efek media yang membawa beritanya. Bukan efek Viagra atopun Selaput buatannya loh. Maksudnya?
Media cetak maupun elektronik mempunyai peran besar dalam ‘mendidik’ dan membentuk mind set masyarakat. Dan selayaknya sebuah informasi dikemas dan disajikan sesuai dengan segmennya karena informasi yg tidak tepat sasaran justru membuat disorientasi baik terhadap informasinya maupun sasarannya. Misalnya yang menimpa saya (*jheaaa...lebay...he..he..*8.):
Suatu pagi saya baca Koran harian lokal dan anak perempuan saya, Fathiyya yang masih TK ikutan membaca Koran pada halaman berbeda. Sesaat suasana sepi, kami asyik dengan bacaan masing-masing. Saya pikir dia asyik baca bagian sport atau kartun seperti biasa. Ternyata tiba-tiba dia nyeletuk: “Ummi kalo ejakulasi dini dan Viagra itu siapa sih?”
Hah gubrag!! Innalillahi....Pagi-pagi sudah sarapan pertanyaan ‘mateng’ nih....ngebul deeh...
Usut punya usut ternyata putriku ini baca iklan yang nampang dibawah rubrik olahraga.
Suatu siang saya nonton reportase siang yang notabenenya news watch bersama putra saya, fathan. Waktu itu saya nonton sambil mondar-mandir dapur-kasur-sumur he..he..maklum ratu rumah tangga merangkap pembantu rumah tangga ;-D. Tiba-tiba putraku ikut mondar-mandir sambil mengejarku dengan pertanyaannya:
“Ummi selaput dara itu apa? Kok mahal banget harganya? Emang fungsinya buat apa? Kita sudah punya belum?”
Halllaaaaaaaaagh!!! Astaghfirullah...Serasa rontok gigiku...speechless...secara aku ga prepare nerangin tentang selaput dara ke putraku yang masih 9 tahun, selain itu konteksnya juga ga tepat banget kalau referensinya berita di TV yang promo produk baru dari cina itu.
Duuh hadduuuh...baca Koran en nonton berita ternyata tidak selalu sehat juga untuk anak kaan??? Apa Koran dan acara berita juga musti di labelin BO (Bimbingan Ortu)??
Semestinya informasi maupun berita yang memang khusus dikonsumsi orang dewasa bisa ditayangkan pada news watch tengah malam dan pada lembar khusus adult kalo di koran (emang ada??tanya kesiapa???) sehingga tidak ‘berserakan’ begitu saja sehingga ‘tertangkap basah’ oleh anak-anak. Atau ada solusi lain?