WONOGIRI - Reza Pratama (50 hari), seorang bocah di Dusun Poncol RT 02/RW VII Desa Jeporo Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri, meninggal setelah menerima imunisasi di Puskesmas Jatipurno.
Putra pertama pasangan Yuli (21) dan Ririn Handayani (23) ini, mengalami pendarahan terus-menerus setelah menerima tusukan jarum imunisasi di lengan dan pahanya.
Korban adalah cucu pertama Kepala Dusun Poncol Ny Katinah Sunardi. Jenazahnya dimakamkan di kuburan Poncol, Kamis malam (31/3) pukul 22.00, setelah nyawanya gagal diselamatkan oleh tim medis RSUD Wonogiri.
Menurut penuturan kakeknya, Sunardi, Reza sebelumnya dalam keadaan segar bugar. Dia lahir di Jakarta dan ketika berumur empat hari dibawa ibunya pulang ke Dusun Ploso. Ayahnya, Yuli, sampai sekarang masih berada di Jakarta bekerja sebagai petugas keamanan sebuah pusat perbelanjaan di Ibu Kota.
Ibu korban, Ririn, Jumat (31/3), terlihat shock dan dirundung duka mendalam. Wajar saja, lantaran mendiang merupakan putra pertama pasangan yang baru beberapa tahun menikah itu.
Meski demikian, Ririn menyatakan pasrah dan tidak akan menuntut. Menuntut pun, cucu saya tidak akan dapat hidup lagi,'' ujar Sunardi sambil meneteskan air mata, kemarin.
Meski tidak berniat menuntut, Sunardi berharap tragedi kematian Reza yang terjadi setelah diimunisasi itu hendaknya dapat memberikan peringatan kepada para petugas medis. Terutama petugas kesehatan di puskesmas, agar di kemudian hari bersikap peduli serta berhati-hati dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. ''Sebab anak itu sejak dari Jakarta sehat dan segar bugar. Tapi malahan meninggal setelah diimunisasi, '' keluhnya.
Kepala Puskesmas Jatipurno dokter H Hambyoko, Jumat (31/3), menjelaskan, kematian Reza bukan karena imunisasi. Dia membenarkan jika balita itu mendapatkan suntikan imunisasi pertama untuk BCG dan Hepatitis B. Namun pemberian imunisasi ini telah dilakukan sesuai prosedur medis. Penyebab kematiannya, tambah Hambyoko, disebabkan adanya kelainan darah korban yang sulit membeku atau istilah medisnya hemofili.
Untuk menyelamatkan korban yang saat itu mengucurkan darah tak berhenti, tim medis telah memberikan adrenalin sebagai upaya menghentikannya.
Usaha ini berhasil, tapi selang beberapa saat kemudian terjadi pembengkakan, karena pendarahan itu berpindah di atas daging di bawah kulit. Berkait itu, korban kemudian dirujuk ke rumah sakit. Namun belum sempat tertolong, maut lebih dahulu menjemputnya. ''Penyebab kematian karena kelainan darah yang sulit membeku. Ini sebenarnya dapat dicermati dari silsilah keluarga,'' kata dokter Hambyoko.
Berkait musibah itu, Hambyoko bersama tim medis puskesmas serta Camat Jatipurno Drs Yogik Subiyakto, Jumat (31/3), mendatangi rumah korban untuk memberikan pemahaman pada keluarganya. (P27-67v)
speechless.. :((((
ReplyDelete