KISAH DARI DESA SIPAT
Rombongan calon gubernur atau wakilnya yang tengah menempuh perjalanan ke berbagai daerah adalah fenomena biasa belakangan ini. Namun, bepergian ke pelosok daerah yang infrastrukturnya belum memadai sehingga menimbulkan risiko menjadi sisi lain cerita dari perjalanan itu.
Itulah yang dialami calon gubernur (cagub) Ahmad Heryawan dan rombongan ketika menuju Desa Sipat, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Minggu (10/3). Menuju ke desa itu ditempuh sekitar 3,5 jam dari Kota Bogor. Iringan delapan mobil harus melewati sebagian besar jalan dalam kondisi rusak. Tempat tersebut belum pernah dikunjungi cagub atau cawagub.
"Tempat itu terpencil. Kondisi sebagian besar jalan rusak berat dan sempit. Kalau berpapasan dengan mobil lain, harus ekstra hati-hati," kata Koordinator Media Ahmad Heryawan Center, Fahrus Zaman Fadhly (34).
Meski demikian, perjalanan tetap lancar sampai tujuan untuk memenuhi undangan bertemu dan berdialog dengan warga setempat. Acara dilakukan di bawah denda sebab hujan lebat.
Sekembalinya dari desa itu, rombongan harus melalui jembatan darurat yang di atasnya hanya terdiri dari susunan balok. Ketinggian jembatan sekitar 15 meter dengan lebar 4 meter tanpa pagar pengaman. Di bawahnya, sungai yang cukup lebar dengan arus deras menganga. Meski papannya cukup tebal, hujan yang baru turun menambah risiko karena tambah licin.
Jika terperosok, tak ayal lagi mobil akan jatuh ke sungai. Saat itu sekitar pukul 17.00. Sopir mobil yang ditumpangi Ahmad Heryawan cukup cekatan. Mobil dengan selamat meniti jembatan. Demikian pula mobil urutan kedua. Fahrus di mobil urutan ketiga hanya bersama sopir.
Nyaris masuk sungai
Mobil kemudian melaju pelan di jembatan mengikuti dua bilah papan memanjang sesuai dengan posisi roda. Namun, tiba-tiba saja mobil tergelincir hingga hampir terguling. Roda depan kiri keluar jalur karena papan yang licin. Jarak antara badan mobil dan tepi jembatan hanya tersisa sekitar 40 sentimeter.
"Waktu mobil tergelincir, saya kaget luar biasa. Takut sekali. Kalau tidak hati-hati, mobil sudah jatuh. Tidak tahu apa yang terjadi kalau terperosok ke sungai," katanya.
Mobil kemudian berhenti sebentar untuk diangkat bersama-sama warga sekitar dan kembali ke jalurnya. Selanjutnya, kendaraan itu sampai di seberang diikuti mobil lainnya. Rombongan kemudian melanjutkan perjalanan menuju Kecamatan Tenjo.
Fahrus mengakui, pengalaman itu yang paling menakutkan selama melakukan sosialisasi. Meski demikian, dia tidak kapok dan berniat melanjutkan perjalanan ke daerah lain.
Ahmad mengatakan, infrastruktur semacam itu perlu diperbaiki. Sepanjang Jalan Bubulak, Darmaga, Leuwiliang, Sadeng, dan Jasinga dalam kondisi kurang layak dan sebaiknya diperlebar. Volume kendaraan yang melintasi kawasan tersebut cukup tinggi, tetapi jalannya sempit. (dwi bayu radius)
P.S: Mas Fahrus Zaman Fadhly yang sholeh, ndak boleh skip cerita lagi ya...ngga seru jadinya!!!
ooo.. Misua koordinator Ahmad Media, to? *pura2 tahu* :)
ReplyDeleteya ampun... seremnya... mudah2an gak ada kejadian2 kayak gini lagi ya mbak... biar sang istri tenang di rumah :-)
ReplyDeleteAlhamdulillah misua ida baik2 aja ya..
ReplyDeleteAmiin...tapi sampe sekarang belum tenang juga nih mba....
ReplyDeleteAlhamdulillah wi c mas baek-baek aja, tapi sekarang hatiku nih yang ga bae...sport jantung terus...
ReplyDelete