Selama kaka Fathan dirawat di RS, setiap pagi aku sudah meninggalkan baby Falisya dan
yayu Fathiyya dengan Teteh pengasuhnya. Baru jam 6 atau 7 malam aku pulang kerumah, karena giliran sang Abi yang jaga malam di RS. Selama bolak-balik RS itu tak terperi betapa sakitnya hari-hari yang kami jalani. Menyakitkan bukan saja untuk Fathan yang sedang sakit, tapi juga untuk Falisya dan Fathiyya yang harus menerima kehadiran umminya dimalam hari saja & abinya di paruh siang hari saja . Dan pastinya menyakitkan juga untuk ummi dan abinya. Untukku pada episode ini paling menyakitkan melihat kaka Fathan kesakitan, dan menahan nyeri karena ASI yang tidak diberikan selama aku di RS. Meski dirawat diruang VIP, dan sudah negosiasi dengan pihak RS, baby tetap tidak boleh masuk ya...menyedihkan hik..hik...(andai saja...andai.. ). Maka selama di RS selalunya ingat Fathiyya dan Falisya, sampai dirumah selalunya ingat Fathan...Alhamdulillah Allah Sang penjaga raga dan hati ini senantiasa menguatkanku menjalani episode itu.Setelah episode di RS berlalu ternyata menyisakan airmata panjang bagi baby Falisya...ada trauma ditinggal umminya. Sejak lahir Falisya memang tak pernah lama jauh dari umminya. Lepas cuti bersalin Falisya hanya ditinggal jika aku ngajar saja, 2-4jam saja. Bahkan beberapa kali acara rapat Falisya selalu ikut. Karenanya ketika aku harus jaga Fathan di RS 10-12jam sehari rasanya menjadi
nightmare bagi kami. Meski kakanya sudah sehat dan aktivitasku kembali normal seperti semula lagi, ternyata tetap menyisakan trauma mendalam bagi my baby. Sejak itu baby Falisya takut melihat orang baru, tidak mau digendong orang lain selain dengan ummi dan teteh pengasuhnya.Bukan itu saja, gaya menangis Falisya pun berubah. Tangisannya selalu mreraung-raung. Sebelumnya Falisya adalah bayi yang tenang, tangisannya jarang membuat gaduh. Tangisan baby adalah bahasa komunikasi. Karena itu kami memahami jika sekarang Falisya menangis dengan gaya berteriak sampai serak, seakan ia ingin teriak, “hey don’t leave me...!” Dan sekarang tangisan itu baru terhenti jika langsung mendapat pelukan erat ummi atau abinya. Pelukan erat seakan takkan pernah melepaskannya lagi, pelukan yang menyampaikan pesan: ‘ here we are honey, you’r save’. Lalu mata bening Falisya akan memandangi mata kami, membalas senyum kami dengan senyumannya yang meluluh lantakan hati ini....dari senyumnya kami tahu Allah ArRahiim pun tersenyum juga pada kami...indahnya...
Allah begitu sayangnya pada kami, memberi lebih banyak dari yang kami minta, Alhamdulillah. Maka malu rasanya jika hingga detik ini kami masih tak pandai bersyukur, mensyukuri setiap nikmat, setiap ujian, setiap tetes airmata yang jatuh...Subhanallah..Alhamdulillah.
Alhamdullilah ya mbak semua sudah berlalu. Aku terharu bacanya :(
ReplyDeleteduh..terharu banget bacanya..kebayang betapa beratnya hari2 itu..
ReplyDeletealhamdulillah udah berlalu ya..
semoga mba Nurul dan kel sehat dan bahagia selalu..amiin..
Ya Allah neng..
ReplyDeleteTeu kabayang eteh mah ngahareupan nu siga kieu..
Mugia terjaga selalu oleh Allah SWT dimana pun kalian berada..
Saling berbagi terasa banget nya neng..
Iyya mom Alhamdulillah semua berlalu meski menyisakan byk kenangan sedih, apalagi ditambah kalah lelang he..he..
ReplyDeleteAmiin Allahumma amiin...hatur nuhun mba din...kpn ya kita bs bersua???
ReplyDeletemuhun teh...
ReplyDeletecubi mung eteh caket didieu hik..hik..abdi bade nambut saputangan...T_T