Desperate mothers #1
Satu masa dalam 27 tahun hidupku, aku terluka sebagai seorang ibu. The wound is bleeding!
Satu minggu ini aku memang tidak baca koran, belum sempat. Sekilas saja mendengar dari tayangan berita TV, itupun sambil lalu. Kalau tidak sambil ngejar-ngejar putriku, ya sambil nongkrongin putraku main game. Untuk mengkonsumsi tayangan dari TV aku selektif banget, karena dua buah hatiku sedang masanya imitasi banget. Dua jam sehari bersama TV, itupun untuk jatah film kartun favorit anak-anakku.
Maka, aku dibuat terbengong-bengong saat suamiku yang journalist memberitakan padaku tentang kasus ibu bunuh 4 anaknya di Malang
“Menghadapi anak-anak Ummi yang sabar ya Yang, tuh kejadian lagi…”, suara suamiku yang bekerja dan tinggal di Bandung
Lima Surabaya surat
A mother killed their kids! Again! Innalillahi…
Satu masa dalam 27 tahun hidupku, aku terluka sebagai seorang ibu. The wound is bleeding! Really!!!
Dan tragisnya ini bukanlah yang pertama terjadi di sekeliling kita, dan sepertinya pun bukanlah yang terakhir (Naudzubillah…). Tercatat sebelumnya masih hangat dalam ingatan kita, kasus Aniek (31th) di Bandung
Begitupun peristiwa sebelumnya, nasib tragis menimpa keluarga Jiyono (32th), warga Boyolali, Jawa Tengah. Istri Jiyono, Mujinem (30th), dan anak keduanya, Astiwi (2th), ditemukan tewas gantung diri. Menurut tetangganya, Mujinem nekat karena terlilit krisis ekonomi berkepanjangan.
Yang lebih menghebohkan lagi adalah kasus dari Jakarta
Sedangkan Galang masih sempat terbangun dan berlari menyelamatkan diri. Meski demikian, seluruh tubuhnya melepuh akibat luka bakar yang sangat serius. Sehari kemudian, dia pun menyusul kepergian ibu dan adik kesayangannya di tengah deraan kemiskinan. Saat itu Mahfud, sang suami sedang bekerja sebagai kuli alat berat di Pelabuhan Tanjung Priok.
Di Jakarta dan kota-kota lain di sekitarnya, tidak hanya Jasih yang nekat bunuh diri karena terjepit kesulitan ekonomi. Suwarni (34), ibu rumah tangga yang tengah hamil empat bulan, tewas setelah menelan racun serangga di kamar mandi rumah kontrakannya di Bekasi Jaya, Bekasi Timur. Kepada suaminya pelaku sempat mengeluhkan kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan. Sehingga mereka tak mampu membiayai sekolah anak perempuan mereka yang baru lulus sekolah dasar (SD). Sehari kemudian, terjadi lagi, Sari (21), ditemukan tewas tergantung di tiang pintu kamar kontrakannya dengan sehelai kain sarung di Desa Mekarsari, Kecamatan Cianjur Kota. Pelaku diduga nekat mengakhiri hidupnya karena tak tahan menghadapi kesulitan ekonomi rumah tangganya.
Benarkah semua itu dipicu karena kemiskinan yang mendera bertubi-tubi? Sebegitu menyakitkankah menjadi miskin hingga seorang ibu harus memilih jalan itu? Lalu dimanakah suami tercinta yang selayaknya mampu melerai rasa sakit mereka?
“ … dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar”. Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya).” (QS.Al An’am(6):151)
Satu masa dalam 27 tahun hidupku, aku terluka sebagai seorang ibu. The wound is bleeding!
As a part of society, I feel like I murdered those children. I wish I knew what to do.
Because this women surrounds us. That freaks everybody out: If she can do it, we can do it. So we must find some "syndrome," some root cause, we must understand her psyche, we must have compassion for her or else no one will have compassion for us. I just wish we would have the same compassion for everyone, regardless of their race, class, and religion. I believe they are not murderers. They never meant to kill the kids, they just tried to kill the pains and the great sorrows. They are just a desperate mothers. And fathers… please wake and get up!!! Help them out from the desperations!!
Pada akhirnya setiap yang bernyawa akan kembali pada Sang Peniup Ruh, baik dalam khusnul khotimah atau sebaliknya, suul khotimah.
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan" (QS. Al-Jumuah (62):8)
Rabb…please hold my heart tightly, and heal the wound…
Jadikan aku ibu dengan surga ditelapak kakinya yang mampu mensurgakan anak-anaknya…
Amiin.
No comments:
Post a Comment