Saturday, September 22, 2007

Last long holiday, fuiiiih....kembali ke laptop!!!




2 minggu liburan berakhir dengan airmata, aku dikejar deadline dari publisher bukuku harus segera naik cetak! Walhasil anak2ku ikut terperangkap dalam liburan yang ga jelas (kemanapun aku pergi harus...kembali ke laptop!). Alhamdulillah ada bodyguard yg baik hati bisa menceriakan sisa libur mereka... meski mereka tetap protes, ummi dikebon binatang kok bawa laptop!!!
Sorry honey, I owe you much for this!!
Thanx 4 Mr. Aan (my son's teacher who dare to be my kids' body guard)

Lara Ramadhan...

Siang itu aku tidak bisa menolak keinginan putraku untuk berbuka dengan pizza favoritnya. Aku menyanggupi karena ngga tega juga lihat dia merengek-rengek sementara dia sudah bertahan berjuang untuk tetap shaum meskipun banyak teman seusianya disekolah tidak shaum.

 

Ini bukan tragedi paprika dalam pizza, kalau sesudahnya aku muntah-muntah, panas-dingin dan migrain berat. Waktu itu khadimatku sudah pulang, tepat ba’da Isya untuk kesembilan kalinya aku muntah hebat. Badanku sudah tidak bisa bergerak, tergolek lemas dipembaringan, what’s up my body? Dan sepertinya tubuhku masih menolak something inside me, perlu muntahan kesepuluh nampaknya…

 

Putraku yang biasanya sibuk merengek minta dihidangkan cemilan ba’da teraweh malam itu ia nampak lebih ‘mature’. Dengan sigap ia menelpon abinya, mengabari keadaanku. Suamiku terdengar panik tapi tetap tenang memandu putraku untuk menanganiku. Mulai dari menyiapkan air minum hingga menggosok tubuhku dengan minyak kayu putih. Aku minta putraku memeriksa pintu depan dan belakang yang belum sempat kukunci setelah khadimatku pulang. Putriku sibuk menangisiku, sambil memanggil-manggilku…ummi…ummi…. Deuh putriku ini lagi main sinetron kali, usianya belum lagi 4 tahun tapi sentimentilnya rek….

 

Setelah muntahan kesepuluh keluar tubuhku jauh lebih ‘enakan’. Suamiku yang tugas berbeda kota denganku masih keep contact dengan putraku. Aku sudah punya tenaga untuk bicara langsung dengan suamiku. “Ummi istirahat aja, kata kaka Fathan pintu-pintu sudah dikunci semua, tinggal motor diluar tapi aman kok mi. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Ummi tidur aja.” Suara diujung sana terdengar menentramkan, sepertinya tahu kegelisahanku. Bagaimana tidak khawatir, aku tidak berdaya, sementara dirumah ini hanya aku dan kedua anakku, motorku pun masih diluar…

 

Tengah malam aku terbangun dering HP dari suamiku, “Feeling better honey? Ummi ingin apa? Sedang ingin sesuatu ya sampai sakit gini?”

Sebaik-baiknya jawaban seorang istri adalah yang menentramkan suaminya. Waktu itu aku hanya ingin teriak “ I want you to be here, to be with us …” tapi kutahan dikerongkongan.

Hik…hik…ngga boleh yaa…karena ia bukan milikku saja ia juga milik ummat yang lebih berhak atas dirinya…ia harus disana…

 

Ramadhan ini bukan yang pertama tanpa suamiku, tapi tetap laranya serupa…

 

 

7 Ramadhan 1428H

Untuk yang sendiri diheningnya Ramadhan,

Allah is the perfect companion…