Friday, April 27, 2007

Datang Bulan apa sih?!

Rating:★★★★★
Category:Other
Waktu Pluto ter-eliminasi, bulan mengelilingi bumi, maka..
datang bulan itu apa sih Mii?

“ Selamat hari bumi de…” sesungging senyum menyapa kami di pintu masuk Gramedia Merdeka. Waktu itu hujan rintik-rintik, kami baru selesai berkeliling Bandung Indah Plaza (BIP).saat sepasang pemuda-pemudi itu menyodorkan selembar postcard bertajug ‘Mari Jaga Bumi Ini. Demi Hidup yang Lebih Baik’.
“ Terima kasih…” putraku menjawab datar sambil menyambut postcard yang disodorkan..

Kalau Aa Gym punya slogan ‘wisata hati’ di pesantren sekaligus perusahaannya, sedangkan kota Bandung punya trademark ‘wisata belanja’ maka libur weekend kami kali ini bertema ‘wisata baca’. Alhasil seharian itu kita bergelut dengan buku-buku di toko buku terbesar di Jawabarat ini.

Saat kami sibuk dengan barisan buku yang terjajar rapi dihadapan, Fathan, putraku asyik membaca postcard ditangannya.
Fathan: “Ummi kenapa sih kita merayakan hari bumi?” tiba-tiba seperti biasa putraku tergelitik untuk bertanya.
Ummi : “Bukan merayakan, tapi mengingatkan saja. Supaya kita selalu menjaga bumi ini.” Jawabku sekenanya.
Fathan : “ Cara menjaga bumi gimana? Coba , emang bisa Mii?”
Ummi : “ Bisa doong, salah satunya kaka Fathan tidak buang sampah sembarangan, hemat listrik, air, kertas dan banyak lagi deeh.”
Fathan ; “Jadi tiap tanggal 22 april kita ndak boleh buang sampah sembarangan?”
Ummi : “Looo hari ini kan hanya mengingatkan saja, penerapannya yaaa setiap waktu dalam hidup dooong sayaaaang”
Fathan manggut-manggut, persis kakek tua.
Fathan : “Selain bumi, kita kan punya delapan planet yag lain ummi. Kenapa planet yang lain tidak dirayakan? Jadikan ada hari Mars, Yupiter…terusss apa lagi tuh mi…?”
Ummi : “Yaaa kalau planet-planet itu berpenghuni bisa jadi diperingati juga sama penghuninya sayang…. Lagipula sekarang tinggal 8 planet ka, bukan 9 planet seperti dulu.”
Fathan: “ Loh planet apa yang hilang diluar angkasa mi?” Putraku semakin curious nih.
Ummi : “ Bukan hilang dari peredaran, tapi yaa oleh para ahli astronomi dunia disepakati Pluto tidak lagi termasuk planet yang diperhitungkan.”
Fathan: “ Loh kenapa sih mii?”
Ummi : “ Yaa mungkin karena terlalu jauh letaknya, terlalu kecil dan tidak punya kontribusi apa-apa dalam ilmu pengetahuan.”
Fathan: “Yaa tapi kan Pluto juga ciptaan Allah mii, harusnya ngga boleh di eliminasi sama kita dooong.”
Sepertinya putraku ini tidak terima keputusan para astronomi, weleh…weleh…
Ummi : “ Yaa kalau kaka masih menganggap Pluto itu ada seperti di ensiklopedi kaka, ya ngga papa. That’s ok sayang.”
Fathan: “Ya iya doong mi…setiap planet kan punya keistimewaan. Mungkin Pluto juga punya bulan seperti bumi kita, siapa tahu bulannya seindah bulan punya bumi.”
Kali ini aku yang manggut-manggut, sepertinya aku harus cari referensi kuat nih sebagai rujukan ter-eliminasi-nya Pluto. Do you have one???
Fathan: “ Mi bumi kan punya bulan yang mengelilingi , kalo datang bulan maksudnya apa mi?”
Glek!!! Aku merasa tiba-tiba seluruh lantai II Gramedia hening sejenak karena pertanyaan terakhir putraku. Hemmm…bumi sepertinya berhenti berputar niiih…
Ummi : “ Datang bulan itu…siklus….bentar…hmmm….” Aku berpikir sejenak.
Fathan: “ Siklus tuh apa mi?”
O my LORD….kupikir aku akan dapat pertanyaan iini dari putriku, Fathiyya, 5 atau 10 tahun kedepan…………Somebody, please help me!!!

April, 22th 2007



Now, I understand. A poem for a husband.

Now, I understand


 


Now, I understand


Love is not blind


Love can see the deepest heart clearly


Love distincts the right and wrong obviously


 


Now, I understand


Love is not greedy


Love can endure our desire properly


Love drives heart to share fairly


 


Now,I understand


Love is not angry


Love can forgive one’s faults sincerely


Love empowersthe thought to think wisely


 


 


Now, I understand


Life is not just a matter of love


Life is a long and hard quest


Not to blind, not to greedy, not to angry


 


Now, I understand


 


March, 26th 2007


 


 


 


Say: "If ye do love Allah, Follow me: Allah will love you and forgive you your sins: For Allah is Oft-Forgiving, Most Merciful." (QS. Ali Imran 3 : 31)


 


Thanks for my beloved husband who taught me the great love....

The stars




The stars are always give their shine to the 'eyes'. Here we are...;D

Wednesday, April 25, 2007

Mom's birthday

Start:     May 12, '07
Happy milad mom...
For loads of ur kindness...for great of ur patience to be our mom n perfect nurse for our beloved dad...what present is right for u mom??? Rose, chocolate, n blackforest r sweet, but u deserve to get more. My endless love is always available...but Jannah is still the right present for you...

Origami Road to School

Start:     Apr 26, '07
End:     Apr 30, '07
Location:     Braga City Walk, Bandung City
Origami exhibition.... Workshop yang asyiiik neeeeeeh!!

Thursday, April 19, 2007

Dede pacar siapa? Duuh hadduuuuuh.....

Rating:★★★★★
Category:Other
Dede pacarnya siapa? Duh hadduuuuuh…….

Ini cerita lepas petang yang menggelikan sekaligus membuatku shock… Iyya laah bagaimana tidak terkaget-kaget, putriku yang masih 3,3 tahun itu laporan padaku bahwa pagi ini seorang teman sekelasnya mencium pipinya. Kalau yang mencium pipi itu ibu-ibu atau bapak-bapak yang gemas lihat pipi cabi-nya, aku masih ngerti deeh… ini kan Gani, teman putriku di kelas TK A, laki-laki! Gani memang baru akan 4 tahun bulan depan, masih balita, tapi kan tetap laki-laki!! Duh hadduuuuuh…………
Fathiyya : “Ummi tadi dede di cium Gani loh mi…”
Saat itu kami sedang bermain Smack Down diatas kasur saat putriku berkata lugu. Suasana ceria saat itu spontan berubah tegang, aku memandang serius wajah innocent dipelukanku.
Ummi : “Hah…Masya Allaah Dee… dicium gimana?!”
Fathiyya : “Dicium pipinya, sama Gani. Gini nih mi…”
Fathiyya mencium pipiku, memperagakan adegan pagi itu. Aku semakin tegang, walau menahan geli juga. Penasaran, kupanggil khadimatku. Cross check.
Ummi : “Mba, bener fathiyya dicium Gani?”
Fathan : “Mbaaaaaaaa! Bener ‘ga dede dicium Gani??”
Putra sulungku ikut penasaran tuuh, teriak-teriak dari meja belajarnya. Kupikir dia ‘ga denger obrolanku dengan adiknya. Ternyata, diusia 6 tahunnya sudah mulai nyambung juga untuk urusan begini…weeeeeh aku baru melek niiih, my kids has been growing up, faster than my mind!
Mba : “O,iyya…Mba, tadi pagi di sekolah Gani nyium-nyiumin dede. Gani temen sekelas dede, paling seneng pegang-pegang pipi dede. Gemes mungkin. Tapi Gani baik kok Mba. Bukan anak-anak yang suka jahil.”
Khadimatku memberi penjelasan dari pintu kamarku, wajahnya tidak bisa menyembunyikan senyum gelinya.
Mba : “Habis dede lucu siih…” ia menambahkan , sebelum masuk kembali ke kamarnya.
Hemm…paling tidak aku sedikit lega, Gani memang terlihat tidak neko-neko seperti anak laki-laki kebanyakan, cute juga…( maksudnya? He..he.. )
Ummi : “Dede bilang dong ke Gani, jangan cium-cium dede…ya sayang!”
Fathiyya : “Ngga ko! Cuman satu mi” jawab fathiyya lugu.
Ummi : “Satu apa? Satu kali dicium?”
Fathiyya : “Bukan! Satu aja!!!”
Weeew dasar bayi! Yah sudahlah aku tidak membahasnya lebih dalam lagi. Alhamdulillah, aku bisa bernafas lega juga akhirnya, putriku masih terjaga fitrah anak-anaknya. Tanggapannya masih polos, walau sempat punya wacana ‘pacaran’ beberapa waktu lalu.
Fathiyya : “Ummi, dede pacarnya siapa?” tanya putriku tiba-tiba.
Waktu itu aku baru pulang sekolah, pulang lebih lambat karena harus rapat Ujian Nasional dulu. Aku masih diatas motorku, saat Fathiyya berlari menghampiriku, menyambutku dengan pertanyaan ajaib itu. Aku terbiasa menanggapi cerita-cerita ajaib dengan sok cool begitu, jadi aku tanya saja datar : “ pacaran ngapain sih De?”
Fathiyya : “ itu loh mi, nyanyi berdua terus duduk bareng-bareng”.
Ummi : “Oooooooooooo...”
Yaah sudah tidak aku bahas lagi.
Pacaran dalam pikiran dia berbeda dengan pacaran versi pikiran kita. Masih sebatas wacana perbendaharaan kata baru bagi file memory anak yang masih lugu. Sepertinya saat ini dia hanya mengimitasi apa yang dia dengar di sekolah, tanpa memahaminya. Walau sempat juga berkembang ke pemahaman yang lebih jelas, waktu tiba-tiba fathiyya bilang “Ummi kan pacarnya Abi”. Berbeda dengan putraku yang sejak dikelas 1, pengertian dia tentang hubungan laki-laki dan perempuan sudah mulai benar. Dia mulai mengerti tentang pernikahan, aurat, rasa malu dan hal lain yang border-nya semakin benar dipahaminya.
Repotnya fathiyya belum bisa diberi pengertian seperti Fathan, yah beda 3 tahun laah, that’s fine…next time kali yaa saat dia sudah besar sedikit, dan mungkin umminya juga sudah punya penjelasan dan gaya yang lebih canggih ;-) Hemm…bagaimana nanti ya…wong sekarang aja diusia 3 tahun dia sudah dapat ciuman pertamanya……..Duuuuuuuuuuuh hadduuuuuuuuuuh…….. coba ya, bagaimana kalau sudah besar sedikit!!
.






Puasa untuk apa dan untuk siapa? A genuine question!!

Rating:★★★★
Category:Other

Fathan : “Ummi, kaka hari ini ‘ga usah sarapan ya”
Putraku merajuk selepas mandi pagi, udara pagi mengundangnya untuk bermalas-malasan lebih lama. Tapi aku tidak menggubris keinginannya untuk libur sarapan hari ini. Aku siapkan sepiring nasi goreng untuknya sebelum pergi ke sekolah. Khadimatku langsung bersiap menyuapi putraku.
Fathan : “Mbaaa, kaka kan sudah bilang ummi, hari ini kaka ga sarapan.” Fathan menolak tawaran khadimatku.
Mba : “ Tapi mba juga disuruh ummi suapin kaka”
Fathan : “ Kaka ‘ga makan ‘ga minum hari ini, besok, sampai Jum’at. Kaka tuuh lagi puasa Mba…….” Fathan memberi penjelasan dengan gaya sok dewasa, instruktif bangeeet! Waaaah aku harus turun tangan neeeh…
Ummi : “Memangnya kaka mau puasa apa?”
Fathan : “Yaa puasa kaya Ummi itu…”
Ummi : “ Ummi kan shaum nya karena punya hutang waktu shaum Ramadhan lalu. Kalau kaka kan shaum Ramadhan nya penuh 30 hari, ‘ga ada bolongnya.”
Fathan : “ Yaa biarin, pokoknya kaka mau puasa. Puasa tiap hari juga ‘ga papa. Boleh ‘ga sih mi?”
Ummi : “ Kata Rasul ‘ga boleh tuh say…apalagi anak kecil. Masa puasa tapi jajan!”
Aku mencari titik masalahnya, anakku ini sepertinya lagi ‘malas’ makan makanya berdalih puasa…weleh…weleh…Ummi kok dilawan…he..he.. 
Fathan : “Siapa yang jajan?! Uang jajannya ditabung kok miii…” anakku bela diri neeeh.
Ummi : “ Nabung sih nabung tapi ‘ga usah pake puasa segala kalo mau libur sarapan…kecuali kaka mau shaum sunnah…ntar deh kalau kaka sudah 7 tahun ya…sekarang gendutin dulu badannya! Nanti juga ketemu ramadhan kaka bisa shaum lagi kok..”
Fathan : “ Emang puasa itu untuk apa sih mii? Untuk siapa?”
Hemmm…aku mulai terdampar lagi di dunia curiousity-nya putraku ini.
Ummi : “Untuk kesehatan tubuh kita juga, ada waktunya organ-organ tubuh istirahat. Tidak kerja berat. Untuk ketakwaan, biar tambah sholeh, tambah disayang Allaah. Banyak deh ka manfaat shaum…, kata Allaah kalo kita jadi ahli shaum boleh dapet surga, asyik kan???”
Fathan manggut-manggut…sepertinya mengerti…tapi…
Fathan : “ Jadi shaumnya untuk siapa? Untuk kita? Apa untuk Allaah?!”
Hemmmmmmmmmmmmm kaka………………!!!  



Dunia hiruk pikuk, April 16th 2007



















Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: "Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, …". (QS. Maryam (19) : 26)


Mudiiik....

Start:     Apr 24, '07 05:00a
End:     Apr 26, '07
Asyiiik pulang ke Bandung....
Jalan-jalan ke dunia hening ku....

Doa Istighosah massal!!

Start:     Apr 21, '07 6:00p
End:     Apr 22, '07 06:00a
Location:     Skul 3
Do'a nya di sekolah, seluruh siswaku n crew guru n TU mulai jam 6pm-6am... Fuiih ... aku ga perlu dateng kaleee...my babies sendirian di rumah neeeh...
Istighosah? Perlu ga seeeh????

Wednesday, April 11, 2007

Model pendidikan IPDN

Model Pendidikan IPDN, Cermin Citra Pemimpin Bangsa


IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri) yang dahulu dikenal dengan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) sepertinya kembali berkibar lagi dengan mencetak ‘prestasi’ yang tidak kalah seru seperti tahun-tahun sebelumnya. Setelah pada tahun-tahun yang lalu melahirkan para pembunuh Ery Rahman dan Wahyu Hidayat  tahun ini tercatat lagi ‘prestasi’ baru, mencetak pembunuh-pembunuh Cliff Muntu. Maka tidak mengherankan jika reaksi masyarakat kali ini terkesan reaktif terhadap ‘prestasi’ IPDN. Kalau sebelumnya para lulusan serta alumni IPDN berhak menyandang gelar "SSTP" (“Sarjana Sains Terapan Pemerintahan”) maka sudah selayaknya mulai tahun ini para lulusannya layak dengan predikat SP (Sarjana Pembunuh atau setidaknya Sarjana Pembantai).


Kasus yang terjadi berulang kali di kampus IPDN ini tidak bisa dipandang kasus biasa saja. Hal ini menjadi sangat luar biasa karena menyangkut hajat hidup sebuah bangsa. Bukankah IPDN adalah sekolah untuk mencetak para calon pemimpin bangsa ini? Yang sedianya melahirkan para calon birokrat pemegang kekuasaan, sang pengambil keputusan? Apa jadinya negeri ini bila nanti dipimpin oleh para pemimpin/birokrat yang gila hormat dari bawahan? Pemimpin/birokrat yang selalu menindas bawahan? Pemimpin/birokrat yang selalu mengedepankan otot bukan otak? Maka terjawab sudah mengapa di negeri tercinta ini banyak pejabat yang penjahat. Naudzubillahi mindzalik.


Jika selama ini rektorat IPDN berdalih mengkambing hitamkan oknum yang bersalah, maka patut dipertanyakan kredibilitasnya sebagai pemimpin. Secara logika, jika memang ada oknum yang bersalah, sewajarnya setelah oknumnya diciduk tentu kasus selesai, tidak terus berulang sebagaimana yang terjadi saat ini. Kasus pembantaian di kampus calon-calon pegawai negeri ini sepertinya sudah menjadi karakter. Karakter pendidikan berbau militer ini seakan sengaja dibentuk dan dikukuhkan, terbukti hingga tahun ini budaya ‘hantam kromo’ ini diwarisi. Padahal sejak kasus pertama korban pembantaian di STPDN tercium media massa (1994) dengan korban tewas Gatot (asal Jawa Timur), budaya kekerasan di lingkungan pendidikan ini sudah dikecam massa.


Militerisme adalah "kanker" bagi masyarakat sipil yang mengancam democratic civility. Kepemimpinan militer hampir dipastikan akan diikuti dengan penerapan nilai-nilai, kebiasaan dan organisasi militer dalam dunia sipil. Sekali seorang perwira menduduki jabatan gubernur atau presiden, pasti dia akan menerapkan cara-cara militer dalam metode kepemimpinan, cara pengorganisasian dan cara memperlakukan anak buah. Biasanya sang pimpinan selalu mengutamakan disiplin, loyalitas, budaya ketakutan dan sewenang-wenang kepada anak buahnya maupun warga masyarakat. Maka tidak mengherankan jika kita pernah mendengar kasus walikota yang menampar wartawan ataupun kepala desa yang dengan mudahnya mengancam warga jika kebijakannya tidak disetujui.


Memang tidak semua pendidikan berbasis militer membawa dampak negatif, tentu banyak hal yang dapat ditimba dari pendidikan berbasis militer yang benar. Namun dalam konteks IPDN sebagai lembaga pendidikan tinggi yang mencetak calon pegawai negeri sipil yang siap memimpin dan melayani rakyat, tidak selayaknya mengusung praktek-praktek kekerasan dengan dalih pendidikan militerisme.


Disaat masyarakat sedang melek politik, negara sedang menjunjung tinggi kemerdekaan berbicara, disaat demokrasi diusung disana-sini, justru di baraknya sendiri terjadi pembunuhan massal terhadap demokrasi dan pelanggaran besar-besaran terhadap HAM (Hak Asasi Manusia).


Lembaga pendidikan ini mengaku lulusannya telah menduduki jabatan pada jenjang menengah ke bawah pada jajaran pemerintahan propinsi maupun daerah kabupaten/kota. Lembaga pendidikan yang mengaku  mempunyai komitmen untuk mendidik kader Pimpinan Pemerintahan (Pamong Praja) melalui pendekatan akademik dan praktis ini sudah waktunya berkaca dan mematut diri. Masih pantaskah keberadaannya diakui sebagai lembaga pendidikan yang siap melahirkan para calon abdi negara yang siap mengayomi dan melayani rakyatnya? Bahkan anak SD yang ikut mendemo kasus IPDN pun sudah bisa menilai, bahwa kekerasan yang di usung hanya akan membawa sengsara rakyatnya.


Dalam kurikulum IPDN disebutkan bahwa lulusan atau alumni IPDN diharapkan memiliki tiga kompetensi dasar yaitu: Kepemimpinan (Leadership), Kepelayanan (Stewardship), dan Kenegarawanan (Statemanship). Sekilas terdengar seperti sebuah slogan besar yang cukup ideal, namun dalam konteks pendidikan slogan tersebut menjadi nol besar manakala konsep ketaatan beragama diabaikan. Tidak aneh jika dalam sebuah data yang berhasil dihimpun sebuah media massa disebutkan bahwa terjadi sekitar 660 kasus seks bebas dan lebih dari 35 kasus pembantaian di dalam kampus IPDN. Innalillahi wa innailaihi roji’un.


Selayaknya IPDN menjadi model pendidikan bagi lembaga-lembaga pendidikan di seluruh penjuru negeri ini. Kampus dengan fasilitas lengkap dan atribut kehormatan serta kemewahan ini sudah sewajarnya melahirkan pemimpin-pemimpin bangsa yang mumpuni di bidangnya, yang setiap lulusannya memiliki orientasi membangun negara yang telah membiayai pendidikannya.


Namun yang terjadi justru sebaliknya. Saat ini masyarakat sedang mengalami krisis kepercayaan terhadap pemimpin-pemimpin bangsanya. Berapa besar biaya yang diambil dari uang rakyat dihabiskan hanya untuk mencetak para calon pemimpin arogan! Pemimpin tukang pukul? Kasus IPDN kali ini seakan menjadi jawaban yang transparan atas seluruh carut marut yang terjadi di negeri ini.


Jika pada kasus Ery Rahman para pelaku kejahatan berhasil lolos dari pengadilan bahkan diluluskan oleh STPDN dan telah bekerja di lingkungan Departemen Dalam Negeri, maka untuk kasus kali ini hukum harus bertindak tegas. Para pemimpin negara harus menegakkan keadilan dan memperjuangkan aspirasi rakyatnya. Saat inilah masyarakt menilai, citra pemimpin bangsa dipertaruhkan.


Sudah saatnya IPDN ‘dibersihkan’ dari muka bumi ini agar tidak lagi menyandang status Institut Pembunuh Dalam Negeri atau Institut Pendidikan Debus Nusantara atau kampusnya para binatang. Agar rakyat tidak lagi merasa dikhianati oleh pemimpinnya sendiri.


Wallahu’alam bishawab.


Nurul Wahidah, S.Pd


A mother who considers IPDN HARAM for her kids


 

Besar mana surga dengan neraka?

Rating:★★★★
Category:Other
Fathan : “ Ummi kalo berbohong bisa masuk neraka ya?”
Putraku bertanya lantang sambil membuka bajunya, bersiap mandi sore itu.
Ummi : “ Emang kaka berbohong? Sama siapa? Bohong apa?”
Fathan : “ Nggak…di sekolah kaka ada temen yang bohong sama bu guru.”
Ummi : “ Kasih tahu dong sama kaka, ga boleh bohong supaya disayang Allah.”
Fathan : “ Tapi masuk neraka ga miii?”
Fathan tetap mengejarku dengan pertanyaannya walau sudah ku sibukkan dengan sabun dan shampoo di kepalanya.
Ummi : “ Kalau bu guru sudah memaafkan, Allah juga memaafkan.”
Fathan : “ Ga jadi masuk neraka doong…., neraka tuh sebesar apa siih mi?”
Ummi : “ Waah luaaaaaaas sekali…lautan api pokoknya.”
Fathan : “ Besar mana dengan bumi?”
Ummi : “ Ehmmm…”
Fathan : “ Kalo dengan surga besar mana?”
Ummi : ????
Andai aku bisa jawab, “ mana ku tahu, belom pernah ngukur-ngukur tuh!”
Fuuuiiiiih……..

“ Sesungguhnya neraka itumelontarkan bunga api sebesar dan setinggi istana,”
( QS. Al-Mursalaat (77):32 )


Malaikat dimana?

Rating:★★★★★
Category:Other
Dimana malaikat?

Fathan : “ Ummi, malaikat turun ke bumi ga siih? ”
Aku baru sampai depan pintu rumah sepulang dari sekolah, ketika fathan menyambutku dengan sekeranjang pertanyaan.
Fathan : “ Duuh Ummi, malaikat turun ke bumi ga siih? Jawab dulu doong! ”
Ummi : “ Bentar doong yaang, ummi kan baru pulang ”
Fathan : “ Iya tapi jawab dulu pertanyaannya. Tadi kaka tanya mba, tapi mba ga tahu.”
Ummi : “ O’ya????”
Aku iba juga dengan perjuangan anakku yang serba ingin tahu ini.
Ummi : “ Malaikat ya turun ke bumi doong, kan diperintah Allah menjalankan tugas. Tugasnya beda-beda. Ada yang bertugas mencatat amal kebaikan kaka, keburukan kaka, terus juga ada yang bagi-bagi rejeki buat ummi, abi, kaka, semua deeh.”
Fathan : “ Kalo setan takut ga sama malaikat?”
Ummi : “ Takut dong! Jadi kaka ga boleh takut setan, kan selalu ditemani malaikat-malaikat Allah ”
Fathan : “ Kalo setan takut ama malaikat, kenapa dibumi masih ada setan? Kan sudah ada malaikat turun ke bumi.”
Ummi : “ Hemmm…”
Sepertinya kali ini aku ditembak lagi…….harus siapkan amunisi niih…fuiiiih…

“ Therein come down the angels and the Spirit by Allah's permission,
on every errand:” ( QS. Al-Qadr (97):4 )


Sunday, April 8, 2007

My kids in action!!




Just remember these sweethearts, loads of joy n precious experiences we had!!

Rihlah ke Pantai Periang

Start:     Apr 29, '07 07:00a
Location:     Pantai Periang Kejawan
Mandi di pantai sambil botram di tepi pantai hemmm.... Bareng akhwat nih...gabung ma banyak DPC sini, biar gaul dikit lah yaaa...

OUTBOUND dengan Dinas Pendidikan Kota

Start:     Apr 15, '07 06:00a
End:     Apr 15, '07 1:00p
Location:     Desa Kubang, Wanasaba nah looo dimana tuh?!
10KM menyusuri 5 desa asyiiik tapi ga boleh bawa my babies....hik...hik...

Saturday, April 7, 2007

When My kids shot me!!

Rating:
Category:Other
Pada setiap fase bertumbuh dan berkembangnya seorang anak, selalu ada 'keajaiban' hikmah yang Allaah berikan sebagai tarbiyah bagi orang tuanya. Dan keajaiban itu selayaknya dinikmati dan disyukuri...walau kadang menembak tepat di ulu hati...
1. March, 2007
Weekend kali ini orang tua ku dari Bandung mengunjungi kami, sudah kangen dengan cucu perempuan satu-satunya. Fathiyya, putriku yang baru berumur 3 tahun itu sepertinya melanjutkan sejarah yang berulang dalam keluarga kami. Aku anak perempuan satu-satunya dari 4 bersaudara sedangkan putriku cucu perempuan satu-satunya dari 9 cucu laki-laki . It doesn’t make any differences anyway…Cuma bikin kami sedikit lebih ‘kinclong’ aja 

Waktu itu kedua orang tuaku baru selesai makan siang saat obrolan santai dengan cucu-cucunya mengalir.
Eyangibu : “kaka Fathan kalo besar mau jadi apa?”
Ibuku bertanya pada putra sulungku yang sudah duduk di kelas satu SD.
Fathan : “kaka mau jadi pak Ustadz ama pemadam kebakaran”
Eyangibu : “Kok Pak Ustadz? Emangnya gimana sih pak Ustadz tuuh?”
Fathan : “Ya hebat, Pak Ustadz satu-satunya orang yang bisa melawan orang jahat ama setan-setan juga”
Waaah yang ini jawabannya ter-shibghoh sinetron Hidayah n sejenisnya tuh, yang menampilkan Pak Ustadz sebagai tokoh Heroik.
Eyangibu : “Iya deh amiin, kalo gitu Fathiyya juga jadi Ustadzah dong?”
Kali ini Ibuku melempar tanya pada putriku yang sedari tadi ‘ajrut-ajrutan’ hilir mudik kaya setrika-an.
Fathiyya : “ Nggaaa!”
Gadis kecilku asal bunyi.
Eyangayah : “Mau jadi apa doong?”
Fathiyya nampak tidak menghiraukan pertanyaan nenek kakeknya. Tidak hirau apa tidak ngerti yaaaa…;-)
Eyangibu : “Jadi apa aja boleh, yang penting dede mah jadi anak sholehah ya?!”
Tak ada petir dan hujan, tiba-tiba putriku menangis, masuk dalam pelukanku.
Ummi : “Loh kenapa de..?”
Fathiyya : “ Dede ngga mau jadi anak sholehah, dede jadi anak ummi ama abi aja...hik..hik…”
UUUgh…you shot my heart sweetheart!

2. April, 6th 2007

Waktu itu aku masih asyik dengan gulingku, setelah selesai bergulat dengan bumbu-bumbu dapur. Hari libur, boleh kan habis masak tidur dhuha (mumpung suami ga pulang neeeh) .
Seperti mimpi di siang bolong rasanya waktu Fathan masuk kamar dengan tergopoh-gopoh. Wajahnya merah, suaranya terdengar panik.
Fathan : “Ummiiiii, banguuun ada yang wafat miii!!”
Ummi : “ Kenapa ka? Siapa yang wafat?”
Aku coba menenangkan putra sulungku yang masih duduk di kelas satu SD.
Fathan : “ Itu miii, masa ummi ga tahu siih. Kan masuk TV hari ini.”
Ku raih putraku untuk duduk disampingku. Sepertinya aku ketinggalan berita seru lagi nih 
Ummi : “ Laah Ummi kan ga nonton TV, dari tadi masak di belakang. Emang kaka nonton berita di TV? Kayanya dari tadi maen di teras ama temen-temen kan.”
Fathan : “Kaka ga nonton mii, tapi dengerin dari TV sebelah rumah. Ada yang wafat Mii!”
Fathan mulai kesal, umminya ga log in dari tadi 
Ummi : “Okey..sapa yang wafat, sayangkuuu…?”
Fathan : “Ehmmmm, sapa tuh..ehmmm….Isa Masih ya Miii”
Ummi : ??????????????????????????????????????????????
Wuiiih aku kirain siapa gituuuuu…..
Ummi : “Isa Al Masih maksud kaka?”
Fathan : “ Nah iyya itu bener miii…Ummi kenal ya?”
Hadduuuuh….anakku sayang…pertanyaannya kok nembak giniiiiiiii…. Gimana jelasin pakai bahasa anak 6 tahun ya? Bentaaar kayanya mesti pingsan dulu niiih.
Ummi : “Di kalender, hari ini kita libur kan…kaka juga ga sekolah kan. Karena orang Kristen merayakan wafatnya Isa Al Masih nak…tapi kaka kan Islam, jadi ga ikut ngerayain sayaaaang.”
Fathan : “Emang Isa Masih tuh siapa?”
Aku nyengir dulu sambil mikir the best short cut answer!!! Wish u were here AbE!!!
Ummi : “Untuk kita, Isa Al Masih bukan siapa-siapa. Karena dalam Islam hanya ada Nabi Isa. Kaka ingat kan Nabi yang bisa menghidupkan burung mati dengan pertolongan Allah.”
Fathan mengangguk-angguk, nampak menyerap. Aku bisa bernafas lega, mudah-mudahan bisa membunuh kepenasarannya.
Ummi : “Yaah sudah sekarang maen lagi dengan temen-temen, kaka ga usah khawatir dengan wafatnya Isa yaaaa.”
Fathan mengiyakan, aku bisa tersenyum lega, bisa lanjut liburanku niiih (baca:tiduur ).
Fathan : “Eh Mii satu pertanyaan lagi…”
Aku menunggu dengan sabar pertanyaan terakhirnya, berharap aku tidak tewas tertembak kali ini.
Fathan : “Wafat tuh artinya apa siih miii?”
Waddduuuh rek……jadi…yang panik tadi itu….. 



Tuesday, April 3, 2007

We R Mommies

http:// http://www.wrm-indonesia.org
Smart site for a smart Mommy!!!

Sharing, A wife without husband

 


 Air mata itu guruku hari ini…


 


#3. March, 19th 2007


 


Sungguh Allaah menjadikan airmata dan tawa itu silih berganti, agar hidup lebih disyukuri…


 


Hari ini hari terakhir liburanku di Bandung, weekend yang damaiiiii…..


Sebelum pulang dan kembali pada dunia hiruk pikuk yang menanti di Kota Udang kusempatkan singgah pada satu lagi, a wife without husband, yang padanya aku berguru menjadi isteri dan ibu yang lebih sholihah, hamba yang ridho atas Qadha dan Qadar-Nya.


 


Wajah dengan lingkar mata yang khas itu menyambutku di depan garasi. “ Alhamdulillah Bu nurul sudah ditunggu-tunggu nih. Saya kira mau pagi tadi membekam saya. Banyak pasien ya Bu?” suara Bunda Vira menggodaku.


Aku jadi malu karena ngaret berjam-jam, maklum selalu jadi ‘most wanted *bekamer’ kalau liburan di Bandung  .


 


Sebelum ‘prosesi Al-Hijamah’ berlangsung, kusempatkan bercengkrama dengan Vira, putri sulungnya yang juga murid ‘teladan’ku saat aku masih pegang kelas di Playgroup. Ku pandangi wajah penuh senyumnya, masih Vira yang dulu ku kenal. Sekilas memang tidak ada bedanya, namun sinar mata itu tidak bisa berbohong. Tetap berbinar, namun tidak secemerlang Vira yang dulu masih berayah. Ada titik binar yang meredup, walau begitu, aku yakin binarnya tidak akan pernah padam Insya Allaah.  


 


Masih hangat dalam ingatanku, Vira tidak menangis sedikitpun saat ayahnya berpulang 8 bulan lalu. Saat itu Vira punya jawaban genuine untuk pernyataan ataupun pertanyaan tentang kepergian ayahnya. “ Ayah kan sedang di panggil Allaah,” kata Vira yang saat itu masih 4 tahun. Mendengar itu, rasanya aku malu sekali dihadapan Allaah. Sepertinya anak umur 4 tahun  itu lebih mengenal Rabb nya dibanding aku yang sudah lewat  seperempat abad.


 


“ Ayo Bu Nurul, dikamar saja. Saya sudah siap di bekam. Biar Ade Sabar dengan uyutnya” Suara bunda Vira mengundangku masuk Aku sempatkan mencium kening Sabar sebelum masuk kamar. Bayi 7 bulan itu tersenyum padaku, sepertinya aku sedang melihat indahnya jannah di senyum Sabar. Damainya sampai di jiwa.


 


Selama prosesi Hijamah, seperti biasa ku buka lebar-lebar celah sempit itu. Celah yang selama 8 bulan terakhir ini pasti begitu menyesakkan dada Bunda. Celah yang sering membuatnya kehabisan udara segar untuk bernafas. Bagaimana Bunda bisa bernafas normal sementara suami tercinta mendadak ‘pergi’ tanpa isyarat apapun disaat ia sedang hamil 8 bulan. Ayah Vira terkena serangan jantung, hari itu juga meninggal dunia dalam dekapan isteri tercinta tanpa sempat dirawat di Rumah Sakit. Semua begitu cepat, berakhir begitu saja. Hanya sampai 28 tahun saja, Ayah Vira mengemban amanah-Nya di muka bumi. Waktu yang terlalu singkat. Semoga Allah memberkahi hidup dan matinya.


 


Kubiarkan sedikit demi sedikit celah itu terkuak. Tanpa komando Bunda Vira sudah mulai bercerita, mengalirkan sedikit gundahnya melalui celah itu.


“ Gimana ya Bu Nurul, Ngga ada Ayahnya, Vira sekarang bukannya semakin mandiri. Semakin bergantung pada saya. Tidak mau mengalah pada adenya. Bahkan waktu kemarin Vira dirawat di RS karena DB, saya harus bawa Sabar nginap di RS dan Vira tidak mau pisah dengan saya sampai sulit sekali untuk menyusui Sabar. Waktu itu setiap orang yang tidak kenal kami seperti suster dan dokter pasti menanyakan ayahnya. Sedih, hancur rasanya Bu Nurul.” Bunda Vira menahan ceritanya sesaat, ada beban luar biasa di pundaknya. “ Maaf ya Bu Nurul, kalau diteruskan nanti saya nangis”


 


Ku berikan anggukan kecil, namun celah itu masih ku buka lebar-lebar. Menangislah wahai Bunda, karena air mata itu Allaah ciptakan untuk melerai semua duka dan bebanmu. Untuk menyembuhkan luka-lukamu. Untuk mencabut rasa sakitmu. Untuk membasuh jiwamu yang letih.


 


“ Baru-baru ini Vira sering ingat ayahnya Bu Nurul. Sepertinya Vira sudah mulai memahami bahwa ayahnya di panggil Allaah tapi tidak akan di kembalikan-Nya lagi. Kalau lihat teman-temannya diantar papanya, Vira suka keceplosan pengen diantar ayahnya ke sekolah.” Bunda Vira mulai tersedu lembut. Ujung jarinya menyeka air mata yang jatuh satu-satu di pipinya. “ Apalagi kalau lihat salah seorang papa temennya yang mirip dengan Ayah Vira, Vira jadi sering melamun. Vira bilang, Ayah kalau pake kemeja seperti itu juga pasti gagah,” kali ini Bunda Vira tidak bisa menahan tangisnya. Ku biarkan tubuhnya terguncang dalam tangisnya.


 


Teruslah menangis Bunda, karena air mata itu salah satu hadiah dari Allaah, Rahmaan Rahiim-Nya.


 


Once you have reached the place of tears . . . it begins to shed tears. They flow without strain or effort to soften your heart, to raise your soul up again, to touch His Love and Mercy.


 


 Aku yakin mata air di matamu sudah ratusan kali mengalir deras, membanjiri sajadahmu. Yakinlah Bunda, air mata itu kelak menjadi saksi keridhoan serta keikhlasanmu menerima setiap Qadha dan Qadar atas dirimu dan keluargamu.  Air matamu laksana susu dan madu bagi jiwamu yang melahirkan kesabaran.  Bersyukurlah atas setiap tetes air mata dari-Nya, karena tidak setiap kita dianugerahi air mata sarat makna dan cinta-Nya      


Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan. (At-Taubah 9 : 82)


That it is He Who granteth Laughter and Tears; (QS.An Najm (53):43)


 


Sungguh Allaah menjadikan airmata dan tawa itu silih berganti, agar hidup lebih disyukuri…


 


 


 


Mata yang berbinar sejatinya  adalah mata hati, yang sering menangis dihadapan-Nya, yang mampu memandang tidak sekedar dari mata mereka…


 


Ket: *  Bekam = Al-Hijamah


( Pengobatan Thibbun Nabawi dengan mengeluarkan darah kotor )


Bekamer alias Bekam practicioner alias tukang bekam 


 


 


 


 


A Poem for A wife without husband


 


Sometimes we do not feel
like we want to feel
Sometimes we do not achieve
what we want to achieve
Sometimes things that happen
do not make sense
Sometimes life leads us in directions
that are beyond our control


and remember that


though
things may be difficult now
but tomorrow is a new day...